Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengungkapkan hal itu dalam webinar, Kamis (15/10/2020).
Studi ADB tersebut dilakukan pada 3 kota di Asia Tenggara yakni, Jakarta (Indonesia), Bangkok (Thailand), serta Manila (Filipina).
Sementara itu, harga properti residensial mengalami kenaikan sebesar 5 persen setelah MRT beroperasi.
Perlu diketahui, area jangkauan properti ini berjarak sekitar 700 hingga 800 meter dari titik stasiun MRT.
"Sebaliknya, harga properti komersial di luar catchment area MRT mengalami declined (penurunan) sebesar 15 persen dari eksisting dan untuk residensial turun 8 persen," terang William.
Hal ini menunjukkan, nilai properti dan lahan yang dilalui oleh MRT Jakarta mengalami peningkatan secara signifikan, baik kebutuhan komersial maupun residensial.
Itulah mengapa Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengembangkan konsep Transit Oriented Development (TOD) untuk pemanfaatan lahan di sekitar stasiun.
William menjelaskan, TOD merupakan kawasan kota yang didesain untuk mengintegrasikan transportasi publik dengan kegiatan masyarakat, bangunan, dan ruang publik (public space).
TOD bertujuan untuk mengurangi kemacetan yang membuat polusi berkurang. Sebab, masyarakat akan beralih untuk menggunakan transportasi publik.
Kemudian, TOD bermanfaat untuk peningkatan akses tempat bekerja sebagai bagian dari pembangunan di kawasan-kawasan stasiun MRT.
TOD juga membuat aktivitas tanpa kendaraan bermotor lebih besar dan mudah dijangkau dengan hanya berjalan kaki menuju stasiun.
Selain itu, konsep TOD dapat mengembangkan iklim bisnis transportasi publik, meningkatnya nilai dari properti, serta banyak kebutuhan mobilitas lainnya.
https://properti.kompas.com/read/2020/10/15/182701021/harga-properti-komersial-sekitar-mrt-naik-30-persen