Direktur Walhi NTT Umbu Wulang Tanaamahu Paranggi menilai, pengembangan KSPN Labuan Bajo, termasuk Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo (TNK) di Kabupaten Manggarai Barat, akan berdampak serius terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.
Dampak terhadap lingkungan, Umbu mengatakan, terdapat empat potensi gangguan yang timbul ketika pembangunan KSPN dilaksanakan.
Pertama, potensi perubahan bentang alam akibat pembangunan infrastruktur yang berdampak pada gangguan terhadap biodiversitas alam.
Kemudian terjadi gangguan air tanah hingga potensi residu dari KSPN seperti sampah dan limbah.
"Ini harus menjadi perhatian serius pemerintah," kata Umbu kepada Kompas.com, Rabu (16/9/2020) malam.
Kedua, berpotensi mengganggu kehidupan biota laut karena pencemaran.
Menurut umum, Pemerintah harus benar-benar memperhatikan daya dukung dan daya tampung KSPN ini karena krisis air juga terjadi di kawasan ini.
Ketiga, TNK dan sekitarnya merupakan kawasan Taman Nasional, maka seharusnya pemerintah benar-benar mengkaji dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan infrastruktur.
Sementara dampak terhadap masyarakat, akan terjadi konflik sumber daya lahan dan perebutan sumber daya air yang pada akhirnya merugikan masyarakat.
"Pemerintah harus belajar dari pengalaman kawasan pariwisata yang dikembangkan dengan basis investor, akan ada banyak konflik kepentingan yang muncul," imbuh Umbu.
Konflik akan terjadi karena ada potensi berkurangnya wilayah kelola masyarakat akibat privatisasi.
"Kita tahu bahwa penolakan masyarakat juga tinggi akibat pengalaman traumatik tentang wacana relokasi warga di Pulau Komodo," cetus Umbu.
Untuk diketahui, pelaksanaan pembangunan infrastruktur (sarana dan prasarana) di Pulau Rinca ini dikerjakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Pulau Rinca merupakan bagian dari pengembangan KSPN Super Prioritas Labuan Bajo.
Pulau ini bakal disulap menjadi destinasi wisata premium dengan pendekatan konsep geopark atau wilayah terpadu yang mengedepankan perlindungan dan penggunaan warisan geologi dengan cara yang berkelanjutan.
Konsep pengembangan geopark ini popular dinamakan "Jurassic Park".
"Tujuan utama konsep ini adalah mempromosikan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan dengan mengembangkan potensi yang ada dengan cara yang berkelanjutan," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
Melalui Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR telah menganggarkan Rp 69,96 miliar untuk menata kawasan Pulau Rinca yang meliputi bangunan pusat informasi, sentra suvenir, kafe, dan toilet publik.
Kemudian dibangun pula kantor pengelola kawasan, selfie spot, klinik, gudang, ruang terbuka publik, penginapan untuk peneliti, dan pemandu wisata (ranger).
Area trekking untuk pejalan kaki dan selter pengunjung didesain melayang atau elevated agar tidak mengganggu lalu lintas Komodo.
Selain itu, untuk meningkatkan kualitas dermaga di Pulau Rinca, dibangun sarana dan prasarana pengaman pantai dan dermaga Loh Buaya yang akan dilaksanakan oleh Ditjen Sumber Daya Air pada tahun 2020 ini.
https://properti.kompas.com/read/2020/09/17/070000721/pulau-rinca-jadi-jurassic-park-berdampak-serius-terhadap-lingkungan