Laporan CNN menyebutkan, retakan dan lubang muncul di sepanjang jalur air di kota ini. Tak hanya itu, dinding dermaga juga rawan runtuh serta banyak jembatan yang bermasalah.
Hal ini dikhawatirkan dapat mengakibatkan infrastruktur kota yang mayoritas berasal dari abad pertengahan, terancam rusak atau hilang.
Tentunya, hal ini juga mengurangi daya tarik kota dan wisatawan.
Seperti diketahui, ibu kota Belanda ini berkembang pesat pada abad ke-12 dan 16. Pada saat itu, bangunan-bangunan yang ada terbuat dari kayu.
Berkembangnya teknologi mengubah gedung-gedung di kota itu menjadi lebih kokoh.
Selama masa itu pula, masyarakat mulai mendirikan kanal-kanal di atas struktur tanah yang berawa.
Oleh karenanya, banyak dari struktur tersebut yang harus diperhatikan. Mayoritas dari struktur yang telah berusia lebih dari 500 tahun itu tentunya perlu penanganan khusus.
Namun sayang, selama bertahun-tahun, pemerintah setempat nampaknya abai akan hal itu.
Media lokal, AT5, bahkan menyoroti buruknya saluran air. Kondisi ini membuat masyarakat was-was.
Bahkan seorang penyelam dilaporkan menolak untuk melakukan inspeksi di bawah salah satu jembatan tua karena khawatir struktur tersebut akan runtuh.
Menanggapi laporan-laporan yang ada, pemerintah kota disebut sedang melakukan tindakan yang diperlukan.
Pejabat pengawasan lalu lintas dan transportasi Alderman Sharon Dijksma mengatakan, setidaknya sekitar 5 persen dari dinding kanal di kota itu dalam kondisi buruk dan memprihatinkan.
Kondisi ini berpeluang meningkatkan risiko penurunan muka tanah. Pengawasan akan dilakukan pada titik-titik paling kritis, dan jika tidak lagi aman, tindakan segera akan diambil.
Di antara jembatan yang ditutup, Rozengracht, jalan arteri yang sibuk melalui lingkungan Jordaan, di seberang kanal Lijnbaansgracht, juga ditutup untuk lalu lintas.
Dalam kurun waktu sampai dengan tahun 2023, sekitar 27 jembatan akan direnovasi, dinding dermaga sepanjang sekitar 800 meter akan diperbarui.
Selain itu, pemerintah setempat akan melakukan penggantian dinding dermaga sepanjang 3.800 meter.
Total biaya pekerjaan yang diperlukan selama beberapa tahun ke depan diperkiirakan mencapai 530 juta dollar AS atau sekitar Rp 7,76 triliun.
Untuk memeriksa keadaan jembatan dan dinding kanal, pemerintah kota menggunakan baut pengukur tradisional yang melacak pergerakan struktural, tetapi juga metode yang lebih inovatif seperti data satelit, sonar dan pemindaian 3D.
“Pengelolaan tembok dan jembatan dermaga telah tertinggal dalam beberapa dekade terakhir karena tidak diberi prioritas politik sebagaimana mestinya dan itu bukan topik yang seksi,” kata Dijksma.
Dijksma mengatakan, untuk sementara sebanyak 20 lokasi di Amsterdam saat ini ditutup untuk lalu lintas padat.
Penanganan yang benar, sebut Dijksma diharapkan dapat memperpanjang usia bangunan hingga 100 tahun mendatang.
https://properti.kompas.com/read/2020/08/26/092404021/amsterdam-hadapi-ancaman-kerusakan-infrastruktur