Pada awal tahun 1990 hingga 1993, BUMN Kontsruksi ini tercatat telah membangun Jalan Tol North South Expressway Ayer Hitam di Malaysia sepanjang 10 kilometer.
Tiga tahun setelahnya, perusahaan memulai kostruksi pembangunan Jalan Tol Metro Manila Sky Way di Filipina sepanjang 9,5 kilometer dan diselesaikan selama 3,5 tahun.
Pembangunan dua jalan tol di Malaysia dan Filipina ini merupakan jalan tol pertama di negara tersebut.
Direktur Operasi II Hutama Karya Novias Nurendra mengatakan, Hutama Karya lahir dan tumbuh karena tantangan besar yang bisa diselesaikan oleh seluruh insan yang tergabung dalam perusahaan.
“Perusahaan dimulai dengan mengerjakan sesuatu yang besar, diselesaikan karena kompetensi
dan juga keberanian untuk terus melakukan inovasi," ujar Novias dalam siaran pers, Jumat (148/2020).
Novias mengungkapkan, Hutama Karya terpilih untuk mengerjakan Jalan Tol Metro Manila Sky Way karena menawarkan teknologi konstruksi Landasan Putar Bebas Hambatan (LPBH) atau lebih dikenal dengan nama Sosrobahu.
Menurut Novias, teknologi tersebut sudah diakui dan digunakan oleh berbagai perusahaan konstruksi di seluruh dunia hingga sekarang.
Teknologi yang digunakan dalam membangun jalan layang ini menjamin tidak akan mengganggu arus lalu lintas selama pembuatan.
Saat dilakukan pengecoran, kepala tiang bisa dilakukan dengan posisi sejajar arah jalan.
Dengan posisi ini, maka tiang-tiang penyangga cetakan beton tidak akan menghalangi jalan di bawahnya. Setelah kepala tiang kering, posisinya bisa diputar.
Jika kepala tiang sudah diputar dengan posisi melintang jalan, kepala beton akan menjadi penyangga struktur jalan layang yang akan dibangun.
Cukup banyak proyek jalan yang menggunakan teknik Sosrobahu ini baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Sebagai contoh, pembangunanan Jalan Tol Layang Jakarta Cikampek 2 (elevated) dan proyek pembangunan Metro Manila Skyway di Filipina.
Sementara di Timor Leste, Hutama Karya telah menyelesaikan proyek jalan Oe-Cusse Paket II yang merupakan proyek dari Government of Democratic Republic of Timor Leste.
Proyek jalan yang dikerjakan pada tahun 2015 hingga 2019 ini adalah bagian dari proyek infrastruktur yang lebih besar di Zonas Especais de Economia Social de Mercado (ZEESM).
“Ini akan menjadi bagian dari jaringan jalan utama, khususnya Urban Road Pante Macassar dan pedesaan dari Sakato ke Lifau yang juga menghubungkan pembangkit listrik dan hotel,” tambah Novias.
Selain pengerjaan jalan utama dan jalan tol, hasil karya Hutama Karya lainnya yang mendunia
adalah pembangunan Gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Brunei Darussalam.
Pembangunan fisik gedung ini pun rampung dikerjakan pada tahun 2013.
Perusahaan pelat merah ini juga dikenal dengan beberapa proyek monumental dan megaproyek yang mengiringi perjalanan Kemerdekaan Repubik Indonesia (RI).
Sederet proyek besar diserahkan kepada Hutama Karya sejak awal berdirinya perusahaan.
Sebut saja, pembangunan Jembatan Semanggi di Jakarta pada tahun 1961 hingga 1962, Jembatan Ampera di Palembang pada tahun 1962 hingga 1965.
Kemudian, Patung Dirgantara di Pancoran pada tahun 1964 hingga 1966, serta Gedung DPR/MPR di Jakarta pada tahun 1965 hingga 1968.
Jembatan Semanggi merupakan megaproyek pertama yang ditangani oleh Hutama Karya dan dikerjakan oleh anak muda Indonesia dengan menerapkan teknologi yang relatif baru yakni, konstruksi beton prategang ala BBRV Swiss.
Selan itu, Gedung Parlemen di Senayan juga salah satu pekerjaan bangunan dengan tingkat kesulitan yang tinggi pada masa itu. Semua megaproyek tersebut dikerjakan dalam waktu singkat dan penuh tantangan.
Saat ini, Hutama Karya mendapatkan amanah dari Pemerintah untuk membangun Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) sepanjang 2.765 kilometer yang akan terbentang dari Lampung hingga Aceh pada tahun 2024 mendatang.
https://properti.kompas.com/read/2020/08/14/125507221/tak-hanya-jago-kandang-hutama-karya-juga-unjuk-gigi-di-luar-negeri