Tantangan makin berat ketika kasus terinfeksi Covid-19 terus meningkat. Hal ini berdampak pada makin buruknya kondisi perhotelan Surabaya.
Colliers International Indonesia mencatat industri hotel di Surabaya jatuh ke kondisi terendah selama bulan Maret hingga akhir Kuartal II-2020.
Terlihat dari tingkat okupansi yang anjlok hingga ke level terendah dalam sejarah menjadi hanya 12,3 persen pada April lalu.
Diikuti penyesuaian dalam tarif rata-rata harian sebagai akibat dari penundaan bisnis atau bahkan pembatalan.
Hal ini juga termasuk pembatalan pertemuan dan sejumlah acara pertemuan karena banyak tamu menghindari bepergian baik untuk bisnis maupun liburan dan terlebih lagi, transportasi darat dan udara dibatasi.
Tarif rata-rata harian hotel berklasifikasi bintang lima berada pada angka di bawah Rp 800.000 per malam, bintang lima di bawah Rp 400.000 per malam, dan bintang tiga di bawah Rp 300.000 per malam.
"Akibatnya, sejumlah hotel menghentikan operasinya sementara waktu untuk memangkas pengeluaran," kata Ferry dalam paparan Property Market Outlook Q-2 secara virtual, pekan lalu.
Sementara yang lainnya masih tetap beroperasi dengan pengetatatan biaya di sana-sini, dan hanya membuka beberapa bagian hotel; kolam renang, spa, pusat kebugaran, dan bahkan restoran.
Mereka yang memilih untuk tetap buka juga melakukan penjadwalan ulang waktu shift bagi pekerja dan cara lain untuk menekan biaya.
Kendati demikian, Surabaya masih akan menambah pasokan kamar baru hingga Semester II-2020 dengan total 404 unit dari dua hotel.
Keduanya berklasiikasi bintang lima yakni The Westin Surabaya di Pakuwon Supermall milik PT Pakuwon Jati Tbk, dan Double Tree by Hilton di kawasan Gubeng, Surabay Timur.
Jika sesuai rencana, tambahan kamar baru tersebut akan menggenapi total pasokan menjadi 14.306 kamar.
Sebaliknya, jika pemilik memilih menunda pembukaan, maka jumlah total kamar hotel di Kota Pahlawan ini akan tetap di angka 13.902 unit.
Sementara proyek baru lainnya yang dijadwalkan beroperasi hingga 2022 adalah Ibis Hotel Shafira Surabaya dengan 180 kamar berklasifikasi bintang tiga.
Kemudian, Swiss-Bel Hotel Darmo Surabaya dengan 226 kamar berklasifikasi bintang empat, The Trans Luxury Hotel sebanyak 200 kamar dan Pullman Hotel Surabaya 300 kamar berklasifikasi bintang lima.
Perubahan Desain Interior
Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada pasar tetapi mengubah desain interior dan komponen yang terkait dengan hotel.
Area di dalam hotel yang digunakan sebagai ruang publik atau untuk sekelompok besar orang mengalami rancangan ulang.
Perubahan tersebut dilakukan untuk mengakomodasi pembatasan yang tidak memungkinkan orang untuk berkumpul di sebuah ruangan dalam jumlah banyak.
"Sangat mungkin untuk melihat perubahan desain seperti di restoran, terutama saat sarapan, umumnya dianggap cukup padat," kata Ferry.
Seperti diketahui, rekomendasi WHO yang hanya menoleransi maksimal 4 orang di ruangan 10 meter persegi.
Meja harus diatur sedemikian rupa sehingga jarak dari belakang satu kursi ke belakang yang lain tidak lebih dari satu meter dan tamu saling berhadapan setidaknya satu meter.
"Rekomendasi ini akan diterjemahkan ke dalam kebutuhan tempat yang luas untuk restoran. Kemungkinan penyesuaian dalam operasi sehari-hari adalah aplikasi teknologi seperti penggunaan sensor termal yang cukup umum ditemukan saat ini," jelas Ferry.
https://properti.kompas.com/read/2020/07/14/091005421/dampak-buruk-corona-bisnis-hotel-di-surabaya-anjlok-hingga-level-terendah