Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jawa Tengah "Trending", Bakal Primadona Baru Kawasan Industri?

Sebelumnya, nama provinsi yang dipimpin Ganjar Pranowo ini sempat mencuat pada 2019 lalu ketika disebut-sebut sebagai tempat relokasi 33 perusahaan multinasional yang hengkang dari China.

Meski pada akhirnya tak satu pun dari perusahaan tersebut merealisasikan investasinya, namun Jawa Tengah tetap dilirik banyak investor.

Selain PT PP (Persero) Tbk, PT Kawasan Industri Wijayakusuma (Persero), dan PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang berkongsi membangun KI Terpadu Batang, banyak nama besar lain yang mengikuti.

Argo Manunggal Group, contohnya. Konglomerasi yang dimiliki taipan The Nin King ini akan merealisasikan rencananya mengembangkan KI Aviarna pada Kuartal III-2020.

KI Aviarna merupakan kawasan industri kedua setelah MM2100 yang mereka bangun bersama Marubeni (perusahaan multinasional asal Jepang).

Berlokasi di dekat Bandara Internasional Ahmad Yani, KI Aviarna dirancang seluas 460 hektar dengan konsentrasi pada industri aviasi.

Di dalamnya terdapat area untuk perbaikan pesawat atau maintenance repair overhaul (MRO), kawasan dry port, area komersial, serta kawasan mangrove yang dijadikan sebagai tempat wisata.

Jauh sebelumnya, PT Jababeka Tbk telah lebih dulu masuk Jawa Tengah dengan menggarap KI Kendal atau Kendal Industrial Park seluas 2.200 hektar.

Mereka menggandeng Sembawang Corporation Development Ltd, BUMN asal Singapura, dan membentuk PT Kawasan Industri Kendal.

KI Kendal ini didukung penuh oleh Pemerintah Singapura dan Indonesia. Tak heran jika pembukaannya pada 16 November 2016 lalu diresmikan oleh PM Singapura Lee Hsien Loong dan Presiden Jokowi.

Hingga saat ini, terdapat 61 perusahaan yang beroperasi di KI Kendal dan menyerap ribuan tenaga kerja lokal.

Secara keseluruhan terdapat 11 kawasan industri di Jawa Tengah, jika kelak KI Terpadu Batang dan KI Aviarna beroperasi.

Adapun sembilan KI lainnya adalah KI Wijayakusuma milik PT Kawasan Industri Wijayakusuma (Persero), KI Kendal garapan PT Kawasan Industri Kendal, dan Taman Industri Jatengland Sayung (PT Jawa Tengah Lahan Andalan).

Kemudian BSB Industrial Park (PT Karyadeka Alam Lestari), KI Candi (PT Indo Perkasa Usahatama), dan Zona Pemrosesan Ekspor Tanjung Emas (PT Lamicitra Nusantara).

Berikutnya KI Terboyo (PT Merdeka Wirastama), LIK Bugangan Baru Semarang (PT Tanah Makmur), dan KI Wonogiri (PT Kawasan Industri Wonogiri), 

Meski masih belum bisa menyaingi Jawa Barat, Jawa Tengah berpotensi menjadi pusat pertumbuhan KI baru Nasional.

Bahkan, menurut Senior Associate Director Industrial Services Colliers International Indonesia Rivan Munansa, Jawa Tengah pertumbuhan itu tak akan lama karena karena dukungan infrastruktur yang demikian masif.

Sebut saja Jaringan Tol Trans-Jawa, Pelabuhan Laut Internasional Tanjung Mas, Bandara Internasional Ahmad Yani yang telah mengalami perluas untuk terminal penumpang, rencana Tol Semarang-Demak, dan jalan nasional non-tol lintas utara, tengah, dan selatan.

"Selain itu, upah minimum provinsi (UMP) Jawa Tengah masih kompetitif dibanding Jawa Barat. Jadi, KI di sini masih cocok untuk jenis padat karya atau labour intensive," kata Rivan kepada Kompas.com, Senin (6/7/2020) malam.

Untuk diketahui, UMP Jawa Tengah pada 2020 sekitar Rp 1,7 juta. Sedangkan UMP Jawa Barat ditetapkan Rp 1,8 juta.

Demikian halnya dengan upah minimum masing-masing kota/kabupaten (UMK) jika harus dibandingkan antara Batang, Kendal dan Semarang dengan Bekasi, Karawang, dan Purwakarta masih jauh lebih rendah.

UMK Batang, Kendal, dan Semarang serentang Rp 2 juta hingga Rp 2,7 juta sementara UMK Bekasi, Karawang, dan Purwakarta sekitar Rp 4 juta sampai Rp 4,5 juta.

Faktor lainnya, menurut Rivan, adalah harga lahan industri yang juga kompetitif. Investor akan mempertimbangkan hal ini. 

Namun demikian, harga lahan murah saja tidak cukup. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah harus mendukung KI-KI ini agar meningkatkan kualitasnya dari baik segi pengelolaan yang profesional dan kelengkapan infrastruktur dan fasilitasnya.

"Jika ingin menarik lebih banyak lagi investor dan perusahaan asing harus mau berkompetisi secara ketat dengan meningkatkan daya saing berupa kualitas agar setara dengan KI-KI di Jawa Barat," tuntas Rivan.

https://properti.kompas.com/read/2020/07/07/070000921/jawa-tengah-trending-bakal-primadona-baru-kawasan-industri-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke