Kota bekas koloni Inggris ini mempertahankan posisinya selama tiga tahun berturut-turut.
Dalam survei biaya hidup tersebut, Mercer mengacu pada Kota New York sebagai basis dasar untuk perbandingan. Sementara pergerakan mata uang diukur terhadap dollar AS.
Mercer menyigi 400 kota di seluruh dunia. Untuk tahun ini, Mercer memasukkan peringkat dari 209 kota.
Adapun pemeringkatan diukur berdasarkan komparasi lebih dari 200 item, termasuk perumahan, transportasi, makanan, pakaian, barang rumah tangga, hingga hiburan.
Selain itu, menurut survei, sebanyak enam dari 10 kota teratas berbiaya hidup termahal berada di Asia.
Pada posisi kedua, Mercer menempatkan Kota Ashgabat di Turkmenistan, mengalahkan Tokyo yang pada tahun lalu berada di posisi ini.
Ibu kota Jepang tersebut kini berada di peringkat ketiga, menyusul Zurich di peringkat keempat.
Selanjutnya, Singapura yang pada tahun lalu berada di ranking ketiga, tahun ini menempati posisi kelima yang diikuti oleh New York, Shanghai, dan Bern.
Sementara posisi kedelapan dan kesembilan ditempati oleh Geneva dan Beijing.
Lantas bagaimana dengan Jakarta?
Ibu kota Indonesia ini menempati peringkat ke-86 pada tahun ini. Sebelumnya, Jakarta berada di posisi ke-105.
Kenaikan drastis juga dialami oleh Manila yang pada tahun ini berada di peringkat ke-80 atau naik 29 tempat dari tahun lalu.
Mercer mencatat, kenaikan peringkat Jakarta dan Manila, dikarenakana apresiasi mata uang dan kenaikan harga barang serta jasa.
Hal ini membuat kota-kota di Asia Tenggara, terutama Jakarta dan Manila naik peringkat pada tahun ini.
https://properti.kompas.com/read/2020/06/12/132252321/hong-kong-kota-dengan-biaya-hidup-termahal-di-dunia-bagaimana-jakarta