Hal tersebut sebagai dampak dari pembatasan wilayah (lockdown) yang diberlakukan di beberapa negara.
Pembatasan mobilitas ini ikut berkontyribusi terhadap penurunan bisnis penginapan.
Kendati demikian, Airbnb sebagai salah satu platform pemesanan penginapan secara daring, optimistis sektor ini akan tetap bertahan.
Airbnb memprediksi masyarakat tetap akan melakukan perjalanan meski tidak sampai ke luar negeri.
Dengan kata lain, setiap orang akan tetap melakukan perjalanan yang mudah dijangkau atau tak terlalu jauh dari tempat mereka tinggal.
"Kami melihat, Anda dapat melakukan banyak hal melalui konferensi video. Nah, itu akan berdampak besar pada seberapa sering orang untuk bepergian," ujar CEO Airbnb Brian Chesky seperti dikutip dari Business Insider Singapore, Kamis (14/5/2020).
Brian menambahkan, setiap orang pasti membutuhkan tempat penginapan sebagai penunjang mereka bekerja.
Maka dari itu, Airbnb optimistis bisnisnya akan tetap eksis, terutama setelah Pandemi Covid-19 berakhir.
Pada saat itu, banyak pebisnis lebih selektif ketika menjadwalkan perjalanan kerja ke luar kota maupun luar negeri.
Ia berharap keadaan akan kembali pulih seperti sedia kala. Dengan demikian, sektor perjalanan akan cepat bangkit dan sektor penginapan juga nantinya akan mengikuti.
Sebelumnya, jaringan layanan penginapan asal Amerika Serikat tersebut mengucurkan uang senilai Rp 4 triliun untuk membantu pemilik properti yang mengembalikan uang konsumen karena membatalkan pesanannya.
Langkah ini sebagai bentuk kompensasi bagi pemilik properti yang mengembalikan uang sepenuhnya kepada tamu karena gagal melakukan liburan akibat pandemi virus Corona.
Perusahaan tersebut mengganti 25 persen dari uang yang dibayarkan para calon tamu kepada pemilik properti.
https://properti.kompas.com/read/2020/05/14/153000421/ceo-airbnb-optimistis-bisnisnya-bakal-tetap-eksis