KOMPAS.com - Airy, agregator hotel melati di Indonesia, dikabarkan akan menghentikan operasinya secara permanen pada akhir bulan Mei 2020.
Sebagaimana dikutip Kompas.com dari TechinAsia, Kamis (7/5/2020), Airy mengumumkan akan mengakhiri perjanjian dengan mitranya, menyusul keputusan perusahaan untuk menghentikan kegiatan operasional secara permanen.
Airy mengakui, pandemi Covid-19 telah mengancam hampir semua sektor bisnis, terutama industri pariwisata yang terkait erat dengan fasilitas akomodasi.
Perusahaan telah melakukan upaya terbaik untuk mengatasi dampak dari bencana internasional ini.
Sebagaimana dikatakan CEO Airy Louis Alfonso Kodoatie yang efektif menjabat pada 20 Januari lalu, perusahaan sempat mencari cara untuk meningkatkan profitnya karena dampak pandemi Covid-19.
Namun, pada April, Airy dilaporkan telah memberhentikan karyawannya hingga 70 persen.
"Hal ini mengingat penurunan teknis yang signifikan dan pengurangan sumber daya manusia yang kami miliki saat ini, kami memutuskan untuk menghentikan bisnis secara permanen,” tulis perusahaan.
Karena alasan inilah, setelah 31 Mei 2020 nanti, Airy tidak dapat menyediakan layanan lagi untuk semua mitranya.
Kompas.com kemudian menghubungi Airy untuk mengonfirmasi validitas informasi tersebut. Tetapi juru bicara Airy enggan untuk mengomentari soal ini.
"Mohon maaf, saat ini saya tidak bisa memberikan pendapat atau pun komentar mengenai hal ini. Saya memiliki keterbatasan informasi terkait hal ini," ujar PR Manager Airy Vinda Mudita menjawab Kompas.com, Kamis (7/5/2020).
Didirikan pada tahun 2015, Airy memiliki jaringan 2.000 properti dengan lebih dari 30.000 kamar. Perusahaan ini juga merupakan mitra strategis Traveloka, salah satu unicorn Indonesia.
Industri travel dan perhotelan memang menjadi salah satu bisnis yang paling terpukul karena pandemi Covid-19.
Apalagi setelah pemerintah mengeluarkan larangan bepergian dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Pesaing Airy, Oyo dan Reddorz juga tengah menghadapi keadaaan yang sulit.
Oyo yang sempat mengalami penurunan 50 persen hingga 60 persen pendapatan, terpaksa harus menerapkan pemotongan gaji dan cuti untuk karyawannya.
Sementara, RedDoorz juga sempat menawarkan cuti sementara kepada para stafnya dan memberhentikan kurang dari 10 persen dari total tenaga kerjanya.
https://properti.kompas.com/read/2020/05/07/181340521/dampak-pandemi-corona-airy-tutup-lapak-akhir-mei