Meskipun terjadi tren penurunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) di beberapa ruas tol antara 40 persen hingga 60 persen yang berdampak pada tingkat pendapatan badan usaha jalan tol (BUJT).
Tren penurunan ini terjadi terutama pasca anjuran Pemerintah untuk bekerja dari rumah atau work from home (WFH).
ATI melaporkan, Dampak Covid-19, baru mulai terasa di beberapa ruas di area metropolitan Jakarta. Itu pun tercatat pada minggu-minggu akhir bulan Maret.
Sekjen ATI Krist Ade Sudiyono mengatakan, dengan melihat kondisi demikian, performa sektor jalan tol kurun Januari-Maret 2020 masih terjaga sesuai dengan rencana bisnis awal.
"Dampak Covid-19, baru akan mulai menggerus performa jalan tol pada Kuartal II-2020," kata Krist kepada Kompas.com, Senin (27/4/2020).
Perkembangan positif lainnya ditunjukkan progres konstruksi sejumlah ruas tol yang menunjukkan perkembangan positif.
Sebut saja, ruas-ruas Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) seperti Pekanbaru-Dumai, Kayu Agung-Palembang-Betung, dan Sigli-Banda Aceh.
Kemudian Tol Manado-Bitung, Pandaan-Malang, Depok-Antasari, Cimanggis-Cibitung, Balikpapan-Samarinda, Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu), dan Legundi-Bunder.
Demikian juga, beberapa proyek inisiasi baru yang sudah diperkenalkan oleh pemerintah, yang meliputi Tol Yogyakarta-Solo, Bawen-Yogyakarta, Bogor-Serpong, Cikunir-Karawaci, dan Kamal-Teluk Naga.
Oleh karena itu, ATI terus memantau Dampak Covid-19 terhadap bisnis jalan tol. Terutama setelah Pemerintah mengeluarkan kebijakan pelarangan mudik Lebaran 2020 yang dimulai tanggal 24 April hingga 31 Mei 2020.
Menyusul pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah, seperti DKI Jakarta dan daerah penyangganya Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, Surabaya Raya, dan sebagainya.
Terkait inisiatif dan stimulus ekonomi bagi jalan tol untuk mengatasi dampak Covid-19, sebagaimana disampaikan oleh pemerintah sebelumnya, posisi ATI saat ini adalah terus menjalin komunikasi dengan semua pemangku kepentingan.
"Kami terus berkoordinasi dengan Kementrian PUPR, Kementrian Keuangan, Kementrian dan Lembaga terkait lainya, termasuk mempelajari berbagai kebijakan yang sudah dikeluarkan pemerintah," ungkap Krist.
Tol Milik Astra Infra
Khusus di ruas-ruas milik Astra Infra, diakui Krist, terjadi tren penurunan LHR sejak aturan WFh diterapkan.
Untuk mengatasi dampak ini, Astra Infra telah menyiapkan beberapa langkah strategis baik jangka pendek maupun jangka menengah, disesuaikan dengan proyeksi masa pandemi Covid-19 berlangsung.
Langkah strategis itu di antaranya adalah kehati-hatian investasi yang disesuaikan dengan dinamika lingkungan bisnis yang ada.
Kemudian strategi penciptaan nilai melalui optimalisasi aset yang dimiliki perusahaan; serta melakukan disiplin finansial yang ketat dalam memprioritaskan opex/capex untuk menjaga likuditas yang baik.
"Hal itu dilakukan seraya terus menjalin komunikasi dengan stakeholder, terutama dengan pemerintah dan pihak kreditur untuk mendapatkan solusi finansial terbaik bagi semua pihak," terang Krist yang menjabat sebagai CEO Toll Road Business Group Astra Infra.
Kris berharap, begitu situasi pandemi ini teratasi dengan baik, bisnis jalan tol akan segera pulih. Terlebih jika fundamental yang dimiliki perusahaan berjalan sangat baik.
https://properti.kompas.com/read/2020/04/27/195559321/trafik-anjlok-60-persen-ati-nilai-kinerja-tol-masih-sesuai-ekspektasi