Dia adalah Ahmad Djuhara. Kelahiran 22 November 1966 ini merupakan pemuncak organisasi profesi Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Nasional periode 2018-2021.
Karya yang dia wariskan tak hanya Rumah Baja yang melegenda, juga regulasi yang sarat akan semangat memajukan profesi arsitek, dan dunia arsitektur Indonesia.
Regulasi tersebut adalah Undang-undang (UU) Nomor 6 Tahun 2017 tentang Arsitek.
UU ini menjadi perlindungan bagi masyarakat, mendorong arsitek meningkatkan mutu layanannya, dan sekaligus kepastian hukum bagi arsitek dan praktik arsitektur.
Kehadiran UU ini juga diharapkan dapat memotivasi arsitek Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah, daya guna, dan hasil guna serta daya saing.
Terbentuknya UU Arsitek ini tak lepas dari kerja keras Ahmad Djuhara bersama kolega, Bambang Eryudhawan, dan juga Endy Subijono.
Mereka merupakan bagian dari Tim Penyusunan Rapermen Pelaksanaan UU RI Nomor 6 Tahun 2017 tentang Arsitek (2018).
Kesan Yudha, sapaan akrab Bambang Eryudhawan, saat-saat memperjuangkan RUU arsitek menjadi UU Arsitek adalah momen yang indah.
"Sikap almarhum cocok dengan kami, tak mudah kompromi (untuk tidak mengatakan "keras") untuk beberapa materi prinsip yang kami anggap merupakan pondasi utama UU Arsitek," tutur Yudha kepada Kompas.com, Jumat (27/3/2020).
Kendati sempat menjadi rival saat pemilihan Ketua Umum IAI Nasional pada 2 Agustus 2018 lalu, di mata Yudha secara personal, Djuhara adalah petarung yang tangguh.
Dia bertarung dengan baik di ranah legislatif maupun eksekutif saat memperjuangkan UU Arsitek.
Hal senada diungkapkan Ketua Majelis Kode Etik Ikatan Ahli Perencana (IAP) Bernardus Djonoputro.
"Djuhara adalah seorang pekerja keras dengan karya-karya arsitektur yang produktif. Dia juga pejuang yang gigih dalam pengembangan kompetensi keahlian arsitektur di Indonesia," kata Bernie.
Kiprahnya dalam penyiapan UU Arsitek, penyiapan berbagai sayembara nasional, kontribusi pemikirannya dalam pembangunan negara Indonesia patut diapresiasi.
Bernie merasa kehilangan rekan kerja, mitra dalam mencari solusi dan interaksi antara perencana dan para arsitek.
Perjuangannya tak pernah henti untuk selalu menyatukan pemikiran-pemikiran yang ada mengenai UU Arsitek.
Pun sejak awal bergulirnya keputusan pemerintah Indonesia memindahkan ibu kota negara (IKN), Djuhara terus membuka kolaborasi aktif antara perencana dan arsitek.
Di mata Bernie, pemikiran-pemikiran Djuhara dalam memberikan masukan kepada pemerintah amat bernas, clear dan tajam.
Tanpa reserve, tanpa agenda, kecuali keinginan dia melihat proses perencanaan IKN sebagai proses kelas dunia, menghasilkan kota modern masa depan, yang akan menjadi exemplary city".
"Djuhara juga sangat semangat untuk memperkenalkan arsitektur bangunan kayu, yang ingin dilihatnya sebagai bangunan masa depan di Kalimantan," imbuh Bernie.
Djuhara, bagi Bernie, adalah intelektual arsitektur dan pejuang profesi yang sangat layak menjadi panutan.
Dan dia akan dikenang sepanjang masa. Selamat jalan Sang Pejuang!
https://properti.kompas.com/read/2020/03/27/204738521/kesan-kolega-tentang-ahmad-djuhara-pejuang-tangguh