Proyek besar ini dikepalai oleh Chris van Duijn dan tiga arsitek lainnya, Ravi Kamisetti, Patricia Zobernig, dan Gansam.
Pusat perbelanjaan ini terletak di pusat pengembangan kota baru yang dikelilingi oleh menara apartemen.
Uniknya, bangunan apartemen tersebut didesain menggunakan batu yang menjadikan Galleria sebagai titik gravitasi alami bagi kehidupan masyarakat Gwanggyo.
Kota Gwanggyo menjadi cabang keenam dari Galleria, pusat perbelanjaan kelas atas terbesar di Korea yang didirikan pada tahun 1970-an.
Galleria di Gwanggyo dipahat dengan batu mosaik yang memberikan efek menyatu dengan alam karena pusat perbelanjaan tersebut dibangun dekat Taman Danau Suwon Gwanggyo.
Selain itu, mal ini didesain dengan menggambungkan unsur tipologi tradisional yang menghubungkan jalan di setiap sisi publik ke taman atap.
Mal tersebut terlihat menggunakan batu pada fasad gedung sehingga terlihat kontras dari kejauhan, karena batu mosaik yang digunakan memberikan efek mengilat.
Selain itu, mal juga dibentuk dengan urutan teras berjenjang yang menawarkan ruang untuk pameran dan pertunjukan di sekitaran mal.
“Dengan lingkaran publik yang sengaja dirancang untuk persembahan budaya, Galleria di Gwanggyo adalah tempat di mana pengunjung terlibat dengan arsitektur dan budaya saat berbelanja," ungkap Chris.
Menurut Chris, para pengunjung mal tak hanya menghabiskan waktu berbelanja tapi memberikan pengalaman melihat keindahan budaya tradisional khas Gwanggyo.
Galleria Gwanggyo merupakan pusat perbelanjaan yang diharapkan menjadi simbol unik yang mewakili Korea Selatan dengan dunia serta memberikan inspirasi desain baru mal kepada khalayak.
https://properti.kompas.com/read/2020/03/26/160000321/mal-mewah-galleria-di-korea-selatan-terbuat-dari-batu-mosaik