Namun, kebijakan-kebijakan tersebut mengakibatkan surutnya aktivitas ekonomi. Para peritel hingga pusat perbelanjaan menutup tokonya. Akan tetapi, masih ada optimisme untuk sektor properti.
Ketua Umum DPP Real Estat Indonesia (REI) Totok Lusida mengatakan, meski Indonesia saat ini sedang menghadapi wabah Covid-19, namun transaksi properti masih tetap berjalan normal.
Tak hanya itu, Totok mengungkapkan harga properti bisa dibilang masih normal. Bahkan transaksinya tidak berubah.
"Memang beberapa unit (properti) menengah ke atas itu harganya agak naik, pembeliannya kan barang-barangnya impor. Tapi rumah sederhana tetap (harga)," ujar Totok kepada Kompas.com, Rabu (25/3/2020).
Hal senada diungkapkan oleh CEO dan Presiden Direktur PT Perintis Triniti Properti Tbk Ishak Candra.
Menurutnya, properti tahun ini seharusnya mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari optimisme konsumen yang sudah mulai meningkat sejak Oktober 2019.
Pada saat itu, indeks keyakinan konsumen mulai naik. Lalu muncullah kasus Jiwasraya yang mengakibatkan rekening investor diblokir.
"Belum kelar itu, corona menyebar dengan efek pasar saham kena dampak, turun semua," ucap dia.
Kondisi ini membuat rupiah yang tengah stabil, anjlok kembali terhadap dollar AS. Tak hanya itu, corona membuat perekonomian dunia diprediksi mengalami perlambatan -1,5 persen.
Dengan begitu, ekonomi dunia juga diproyeksi turun 0,9 persen. Menurut Ishak, dampak corona membuat pasar saham dan obligasi terpengaruh signifikan.
Memang, corona membuat ritel dan perhotelan mengalami guncangan. Misalnya okupansi hotel mengalami penurunan.
Selain itu, pusat perbelanjaan pun mengalami sepi pengunjung. Masyarakat masih khawatir dengan wabah ini dan membuat beberapa peritel menutup tokonya.
Wabah ini dinilai tidak terlalu memengaruhi penjualan properti. Menurutnya, corona hanya memberikan dampak terhadap pengembang yang menjual properti untuk asing.
Akan tetapi, jika kondisi ini terus berlangsung, maka suplai produk akan terhambat.
"Sehingga beban bakal bertambah dan margin semakin menipis," ucap Ishak.
"End user" naik
Dia menambahkan, meski masyarakat tengah mengahadapi corona, namun hal ini tidak mengurangi minat konsumen end user untuk membeli properti. Menurut Ishak, jika end user memiliki keperluan, maka mereka akan membelinya.
Namun sekarang, sebanyak 70-80 persen konsumen didominasi oleh end user. Sedangkan 20-30 persennya merupakan investor.
Keyakinan tersebut ditambah dengan sejumlah insentif yang diberikan oleh Pemerintah. Insentif tersebut berupa pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penghasilan ( PPh) Pasal 22, prosedur pengurusan pajak.
Insentif-insentif lainnya adalah simplifikasi atas prosedur PPh penjualan tanah dan bangunan dari 15 hari menjadi tiga hari.
Kemudian untuk properti golongan super mewah, pemerintah juga memberikan insentif peningkatan batasan hunian yang dikenakan PPh dan PPNBM dari Rp 5 miliar hingga Rp 10 miliar menjadi Rp 30 miliar hingga relaksasi Loan to Value (LTV).
Terakhir, Pemerintah memberi dua stimulus cicilan rumah bersubsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebagai dampak pandemi Covid-19.
Stimulus pertama adalah subsidi selisih bunga selama 10 tahun. Kemudian bantuan pembayaran uang muka anggaran untuk pembelian rumah bersubsidi.
"Corona enggak bakal long-term. Cuma sekarang bagaimana supaya tidak menyebar," kata Ishak.
https://properti.kompas.com/read/2020/03/25/183932921/di-tengah-pandemi-corona-masih-ada-optimisme-sektor-properti