Dengan pernyataan ini, dia menjadi salah satu dari sejumlah petinggi perusahaan yang tidak akan menerima sisa gaji tahun ini, seiring pandemi Covid-19.
Sorensen mengatakan, dia belum pernah melihat virus ini dan menganggapnya tidak biasa.
Untuk perusahaan sebesar Marriott yang sudah berusia 92 tahun dan telah menjadi saksi Great Depression, Perang Dunia II, dan banyak krisis ekonomi lainnya, pandemi corona adalah sesuatu.
"Saya pastikan, langkah ini akan diikuti jajaran eksekutif lainnya. Mereka akan menerima gaji 50 persen," tegas Sorensen, dikutip Kompas.com dari laman Yahoo Finance, Sabtu (21/3/2020).
Lepas dari itu, secara umum, industri perhotelan hancur lebur dihantam Covid-19. Hal ini menyusul tingkat hunian yang terus anjlok karena berbagai kebijakan.
Pembatasan perjalanan baik untuk wisata maupun bisnis, kebijakan menjaga jarak sosial, serta pembatasan pertemuan dan penyelenggaraan acara berdampak langsung terhadap tekanan permintaan hotel.
Sorensen menyebutkan, saham perusahaan sejumlah hotel besar pun terus melorot karena hal ini.
Sebagai informasi, menurut JP Morgan, pendapatan hotel per kamar yang tersedia atau revenue per available room RevPAR) di Amerika Serikat anjlok lebih dari 30 persen dibanding sebelum masa pandemi.
Catatan pada 8-14 Maret tahun ini, dibandingkan dengan 10-19 Maret tahun lalu, juga menunjukkan penurunan yang mengejutkan.
Menurut STR Global, tingkat hunian telah berubah dari 53 persen pada 2019 menjadi minus 24,4 persen tahun ini.
Adapun tarif rata-rata harian untuk kamar juga merosot lebih dari 10 persen dengan RevPAR anjlok 32,5 persen.
Ekonomi Amerika Serikat pada umumnya menunjukkan tanda-tanda ketegangan karena dampak Covid-19 terhadap bisnis keseluruhan.
https://properti.kompas.com/read/2020/03/21/152914521/anggap-corona-tak-biasa-ceo-marriott-rela-tak-terima-gaji-tahun-ini