Demikian hasil riset Hotel Investment Strategies LLC yang dikutip Kompas.com, Selasa (18/2/2020).
Founder and CEO Hotel Investment Strategies LLC Ross Woods mengungkapkan, kinerja hotel-hotel berbintang di Jakarta sepanjang 2019 mencatat tingkat hunian kamar rata-rata 60,5 persen.
Angka ini lebih rendah 6,3 poin persen dibanding pencapaian tahun 2018 yang merupakan tahun terbaik keempat untuk tingkat hunian kamar dalam 31 tahun.
"Itu pun masih kalah jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yakni tahun 1989, 1990 dan 1991 dengan tingkat hunian kamar tahunan masing-masing 79,4 persen, 77,7 persen dan 69,5 persen," tutur Ross.
Dia melanjutkan, sejak tahun 1989, rata-rata tingkat hunian kamar berkisar antara 38,1 persen pada tahun 1999 hingga 79,4 persen pada tahun 1989.
Ada pun kinerja terbaik berdasarkan kategori hotel berbintang sepanjang 2019 dipegang hotel bintang dua dengan tingkat hunian kamar rata-rata 65,7 persen.
"Angka ini anjlok 13,1 persen dibanding pencapaian tahun 2018," sebut Ross.
Selanjutnya berturut-turut di posisi kedua, hotel bintang tiga dengan okupansi 64,2 persen atau turun 13,9 persen, hotel bintang 4 dengan okupansi 58,5 persen atau merosot 0,2 persen.
Kemudian hotel bintang satu dengan okupansi 55,8 persen atau melorot 2,1 persen, dan hotel bintang lima di peringkat akhir dengan catatan hunian kamar rata-rata 55 persen, atau turun 3 persen.
Hal ini dibenarkan Senior Director Ciputra Group Artadinata Djangkar. Menurutnya, okupansi kamar rata-rata Raffles Hotel Jakarta pada 2019 sebesar 56 persen.
"Hotel lebih volatile karena okupansinya harian. Berbeda dengan office yang lebih stabil karena penyewanya jangka panjang," kata Arta.
Kontribusi turis domestik
Jumlah turis mancanegara yang tiba di Jakarta melalui Bandara Internasional Soekarno Hatta dan Halim Perdana Kusuma turun 13,5 persen pada 2019 menjadi 2,4 juta orang dari tahun sebelumnya yang mencapai 2,8 juta orang.
Menurut Ross, selama periode 2005-2019, kedatangan wisatawan asing meningkat dari 1,2 juta menjadi 2,4 juta, dengan compound annual growth rate (CAGR) 5 persen.
Berdasarkan model peramalan univariat jangka pendek Box Jenkins, Ross memperkirakan penurunan lebih lanjut turis asing sebesar 14 persen menjadi 2,1 juta pada tahun 2020 ini.
Peran utama yang dimainkan oleh Jakarta dalam industri pariwisata Indonesia yang sedang berkembang ditantang secara serius oleh Bali dan tujuan wisata utama lainnya.
Terlebih ada program pemerintah mengenai 10 Bali Baru atau Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
Kendati kedatangan turis asing di Jakarta mengambil bagian terbesar di Indonesia yang puncaknya pada tahun 2003 sebesar 30,5 persen, namun kenyataannya terus merosot tahun berikutnya.
Sejak 2010, turis mancanegara yang datang ke Jakarta menjadi hanya 27 persen dan terus menurun hingga 2019 yang hanya 15,2 persen.
Walaupun secara persentase turun, namun dalam jumlah wisatawan menunjukkan peningkatan dari 2,32 juta orang pada tahun 2014 menjadi 2,46 juta orang pada tahun 2019 dengan CAGR sebesar 1,1 persen.
Bandingkan secara Nasional yang mengalami pertumbuhan dari 9,4 juta pada tahun 2014 menjadi 16,1 juta pada tahun 2019, dengan CAGR sebesar 11,3 persen.
Akibatnya hotel-hotel berbintang di Jakarta menjadi lebih tergantung pada pasar domestik. Malam kamar turis domestik menyumbang 79,6 persen dari total malam kamar hotel berbintang keseluruhan pada 2003.
Pangsanya terus naik menjadi 85 persen pada tahun 2018 dan kemungkinan akan tumbuh tahun 2020 dan masa-masa mendatang.
Karena itu, otoritas pariwisata Jakarta terus mempromosikan kota ini sebagai tujuan wisata di pameran budaya di Eropa.
Apakah langkah ini akan berhasil?
"Hanya waktu yang akan membuktikan apakah mereka berhasil membalikkan penurunan pangsa pasar pengunjung internasional," tuntas Ross.
https://properti.kompas.com/read/2020/02/18/070000421/terus-merosot-tingkat-hunian-hotel-di-jakarta-hanya-60-5-persen