Terbukti, total transaksi rumah seluruh kawasan Jadebotabek sepanjang Semester II-2019 tercatat senilai Rp 8,7 triliun untuk 5.904 rumah dengan permintaan rata-rata 23,9 unit per perumahan.
Pencapaian ini lebih tinggi Rp 2,1 triliun ketimbang transaksi enam bulan pertama tahun 2019 yang terekan senilai Rp 6,67 triliun.
Namun, perlu diketahui, catatan transaksi tersebut berasal dari perumahan dalam basket penelitian Cushman and Wakefield Indonesia dengan area pengembangan seluas lebih dari 30 hektar.
Director Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia Arief N Rahardjo menuturkan, secara umum penjualan kumulatif sepanjang 2019 mengalami pertumbuhan tipis 0,7 persen menjadi 94,5 persen.
"Pertumbuhan penjualan ini berdampak pada kenaikan harga rata-rata lahan perumahan sebsar 4,42 persen menjadi Rp 11,22 juta per meter persegi,"tutur Arief menjawab Kompas.com, Kamis (6/2/2020).
Sementara pasokan kumulatif sebanyak 383.098 unit atau meningkat 2.1 persen dibanding tahun 2018 lalu.
Berdasarkan klasifikasi, kelas menengah-menengah bawah mendominasi dengan angka 25 persen. Disusul kelas menengah 15 persen, kemudian kelas menengah-bawah 14 persen.
Berikutnya kelas atas 12 persen, kelas bawah-bawah menengah 11 persen, dan berturut-turut kelas menengah atas-atas 8 persen, menengah atas dan bawah masing-masing 5 persen.
Berdasarkan wilayah, Tangerang mendominasi pasokan dengan 61 persen atau 4.783 unit, Bogor-Depok 22 persen atau 1.692 unit, Bekasi 11 persen atau 848 unit, dan Jakarta 7 persen atau 517 unit.
Proyeksi 2020
Arief memprediksi, tahun 2020 akan menjadi momen pemulihan pasar perumahan, terutama untuk segmen menengah dan menengah bawah.
Hal ini didukung oleh relaksasi terbaru dari Bank Indonesia (BI) terkait rasio nilai pinjaman loan to value (LTV) dan pembiayaan atau financing to value (FTV) untuk transaksi kredit rumah kedua.
Perumahan dengan segmen menengah ke bawah diperkirakan masih mendominasi pasokan dengan kisaran harga Rp 900 juta-Rp 1,5 miliar per unit.
Pasokan rumah pada tahun 2020 bakal meningkat 2,69 persen yang diikuti kenaikan permintaan sebesar 3,25 persen.
Permintaan terkuat, menurut Arief, akan berasal dari kalangan milenial, keluarga muda dan pengguna akhir (end user).
"Perumahan yang simpel akan menarik pasar dengan segmen sasaran menargetkan generasi milenial dan keluarga muda," kata Arief.
Pemulihan pasar perumahan ini berdampak pada tingkat penjualan dengan tren meningkat 95,0 persen yang pada gilirannya menaikkan harga jual lahan menjadi Rp 11,78 juta per meter persegi.
Bangunan Rumah Sederhana Sehat (RSH) juga tidak termasuk dalam analisis kami. Kutipan berasal dari Bapak Arief Rahardjo,
https://properti.kompas.com/read/2020/02/07/063000121/meski-pasar-masih-lesu-transaksi-rumah-tembus-rp-8-7-triliun-