Namun menurutnya, jika tarif tol Jakarta-Cikampek eksisting dan tol layang tidak terintegrasi, maka peran jalan tol layang sebagai jalur distribusi kendaraan tidak berfungsi.
"Intinya terintegrasi. Jadi untuk tarif yang baru itu terintegrasi. Jadi nanti semua yang jauh mau lewat bawah atau atas itu sama. Nah ini yang kami usulkan," ujar Subakti saat Konferensi Pers Kesiapan Jasa Marga Menghadapi Libur Nataru, Kamis (19/12/2019).
Jalan Tol Jakarta-Cikampek eksisting sudah dioperasikan sejak tahun 1988. Untuk diketahui, tarif terjauh adalah Rp 15.000.
Menurut Subakti, jika tarif dua jalan tol tersebut tidak terintegrasi, maka saat ada rekayasa atau one way, kendaraan jarak jauh yang lewat bawah akan dialihkan ke atas harus membayar tarif yang sama.
"Yang pasti logikanya yang bawah dibangun cukup lama, pada tahun 1988. Tarif per kilometernya Rp 200. Sedangkan atas (usulan) tarif per kilometernya Rp 1.250. Jadi kalau diintegrasikan untuk jarak terjauh akan lebih mahal," ucap dia.
Lebih lanjut, selain sistem tarif, pihaknya juga mengusulkan sistem operasi transaksi antar jalan juga turut terintegrasi.
Hal ini dianggap memudahkan masyarakat yang akan melakukan perjalanan jarak jauh. Meski begitu, kedua usulan tersebut masih dalam pembahasan pemerintah.
"Yang kami usulkan, pertama sistem operasi transaksinya teritegrasi. Kemudian sistem tarifnya terintegrasi. Besarannya berapa belum diputuskan," kata Subakti.
https://properti.kompas.com/read/2019/12/20/173158621/jasa-marga-usulkan-integrasi-tarif-tol-layang-cikampek