Foto drone hasil karya pewarta foto Kantor Berita Antara, Risky Andrianto, tersebut menampilkan konstruksi jalan bebas hambatan yang bergelombang.
Terdapat perbedaan elevasi ekstrem di beberapa titik sehingga menimbulkan dugaan akan faktor keselamatan dan keamanan ketika menggunakan jalan tol dengan struktur layang terpanjang di Indonesia.
Kepada Kompas.com, Senin (16/12/2019), Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Endra S Atmawidjaja menjelaskan, pembangunan tol sepanjang 36,4 kilometer ini termasuk proyek tol yang paling kompleks.
Hal ini karena proyek tersebut terletak di jalur paling vital nadi ekonomi Indonesia yang melayani kawasan permukiman dan industri yang padat.
"Selain itu, dilaksanakan bersamaan dengan pembangunan infrastruktur lain, yaitu Kereta Ringan atau light rail transit (LRT) Jabodebek dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung," terang Endra.
Posisi struktur Tol Layang Jakarta-Cikampek ini didesain seoptimum mungkin, tetapi tetap memenuhi standar geometrik.
Hal ini bertujuan agar dimensi fondasi dan pier atau tiang tidak terlalu besar, mengingat ruang yang tersedia di median jalan tol eksisting di bawahnya terbatas.
Ketinggian rata-rata jalan tol layang ini mencapai 7 sampai 8 meter dari elevasi Jalan Tol Jakarta-Cikampek eksisting, tetapi terdapat penyesuaian ketinggian di beberapa titik pada perlintasan dengan jalan lokal dan jalan tol eksisting.
"Demikian halnya dengan alinyemen vertikal jalan tol ini telah didesain memenuhi persyaratan geometrik dan keselamatan jalan dengan desain kecepatan rencana 60-80 kilometer per jam," urai Endra.
Peneliti Laboratorium Transportasi Unika Soegijapranata Djoko Setijowarno juga mengatakan, untuk alinyemen vertikal memang tidak dibuat lurus, agak bergelombang bila dilihat dari kejauhan.
Hal ini dirancang untuk menghemat biaya konstruksi, tetapi masih mematuhi norma atau aturan pedoman membangun jalan yang berkeselamatan.
Di area jembatan penyeberangan orang (JPO) atau overpass, maka elevated naik lebih tinggi. Terus akan kembali lagi ke elevasi normal. Karena banyaknya alinyemen vertikal, maka jadinya naik turun.
"Jika di foto-foto memang kesannya meliuk-liuk, padahal tetap aman," imbuh Djoko.
Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) yang dibentuk Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ikut mengawasi sejak pekerjaan perencanaan atau desain hingga pelaksanaan konstruksi.
Selama pekerjaan konstruksi, dapat dikatakan tidak pernah ada kecelakaan kerja yang berakibat fatal.
Kendati demikian, pelaksanaan pekerjaan ini cukup sulit dilakukan di tengah lalu lintas kendaraan di bawahnya yang harus tetap melaju dan di sisi kanan dan kiri juga ada pekerjaan LRT Jabodebek dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
https://properti.kompas.com/read/2019/12/16/204704321/viral-foto-tol-layang-cikampek-bergelombang-ini-penjelasannya