Presiden menuturkan, dengan beroperasinya jalan tol layang ini, diharapkan tidak ada lagi keluhan masyarakat tentang kemacetan.
Selain itu, Jokowi memprediksi, jalan layang bebas hambatan itu dapat mengurangi kemacetan hingga 30 persen. Dengan demikian, masyarakat yang melintas bisa menghemat bahan bakar.
"Diharapkan dengan selesainya Tol Layang Jakarta-Cikampek, masalah itu (kemacetan) tidak terdengar lagi," ucap Presiden.
Kompas.com merangkum fakta terbaru dan informasi tambahan tol layang terpanjang tersebut:
1. Batas kecepatan
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan batas kecepatan minimal bagi kendaraan yang melintasi tol ini sebesar 60 kilometer per jam. Sementara batas kecepatan maksimal 80 kilometer per jam.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi menambahkan, pembatasan kecepatan ini dilakukan guna menjaga kestabilan kendaraan, terutama untuk mobil perkotaan.
"Kalau memang saya coba, kalau kecepatan di atas 80 itu kan masih belum normal banget ya. Kalau kecepatan tinggi takutnya enggak bisa mengendalikan," kata Budi.
Menurut Basuki, jika kendaraan melaju dengan kecepatan maksimal, maka jalan tol ini dapat ditempuh hanya dalam waktu setengah jam saja.
"Ya enggak jauh-jauh cuma 36 kilometer. Kalau (kecepatan) 80 kilometer per jam paling setengah jam (sudah sampai)," ujar Basuki.
Selain kecepatan, jenis kendaraan pun juga dibatasi. Budi mengatakan, nantinya hanya kendaraan golongan I saja yang boleh melintas di jalan itu.
Meski begitu pihaknya masih melakuan evaluasi serta uji coba apakah kendaraan golongan II boleh melintasi tol layang tersebut. Adapun regulasi mengenai pembatasan jenis kendaraan tersebut hingga kini masih disusun.
"Kalau bicara bus, mobil barang, itu enggak boleh. Sementara (golongan) I dulu nanti sambil kami lakukan evaluasi apakah memungkinkan, kami uji coba dulu," terang Budi.
Direktur Utama PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek (JJC) Djoko Dwijono menuturkan, pembahasan besaran tarif masih dilakukan oleh JJC selaku badan usaha jalan tol (BUJT) pemegang konsesi Tol Layang Jakarta-Cikampek dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
"Besaran tarif, kami belum bisa mengumumkan sekarang," cetus Djoko, Rabu (4/12/2019).
Senada dengan Djoko, Budi mengatakan pembahasan tarif belum tuntas. Namun demikian, pada tahun 2020, jalan tol layang ini sudah dikenai tarif.
"Masih tahun depan. Ini lagi disusun berapa sih per kilometernya," kata Budi, Kamis (12/12/2019).
Selain itu, menurut Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Sugiyartanto, pembahasan tarif juga menunggu uji coba serta tanggapan dari masyarakat.
"Masih kami diskusikan, perlu ada model kan, yang lewat atas berapa persen," ucap dia.
Sebelumnya, PT JJC mengusulkan besaran tarif tol layang terpanjang di Indonesia tersebut sebesar Rp 1.700 sampai Rp 2.000 per kilometer.
"Ini nanti akan kita rebalancing dengan yang di bawah (Tol Jakarta-Cikampek eksisting)," ujar Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit, Kamis (19/9/2019).
"Untuk tarif jadi akan gratis sampai akhir libur Nataru, sambil mereka sosialisasi," ucap Basuki, Selasa (10/12/2019).
Sebagai informasi, jalan tol ini memang dikhususkan bagi pengendara jarak jauh. Ini karena, tidak terdapat pintu keluar di sepanjang tol yang dibangun 36,4 kilometer itu.
"Sebaiknya (untuk jarak jauh), karena nanti otomatis keluar langsung di Simpang Jomin, akan ke Bandung atau Cipali," kata Sugiyartanto.
4. Diapit dua proyek lain
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, selain Tol Layang Jakarta-Cikampek, terdapat dua proyek lain yang diharapkan dapat mengurangi kemacetan.
Keduanya adalah proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang telah mencapai 36,01 persen pada awal November 2019. Jokowi menyebut, proyek ini akan rampung pada 2021 mendatang.
Kereta Cepat Jakarta-Bandung diharapkan dapat memagkas waktu tempuh menjadi hanya 46 menit.
Nantinya akan ada empat stasiun yang menyokong jalur ini. Keempat stasiun tersebut antara lain Stasiun Halim, Stasiun Karawang, Stasiun Walini, dan Stasiun Tegalluar.
Lalu proyek kedua adalah Light Rapid Transit (LRT) Jabodebek yang perkembangannya telah mencapai 67 persen per 1 November 2019.
Secara keseluruhan terdapat 31 trainset LRT yang melayani rute Cawang-Cibubur, Cawang-Kuningan-Dukuh Atas, serta Cawang-Bekasi.
"Nanti ada LRT karena orang berpindah ke transportasi massal akan mengurangi kemacetan. Nanti kereta cepat jadi (pada) 2021. Itu juga akan mengurangi kemacetan karena perpindahan dari mobil ke transportasi umum, transportasi massal," papar Presiden.
Adapun panjangnya mencapai 36,4 kilometer dan diklaim sebagai tol layang terpanjang di Indonesia. Sebelumnya, rekor tersebut dipegang oleh Tol Wiyoto-Wiyono yang dibangun sepanjang 15 kilometer.
Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek dibangun dengan investasi Rp 16,2 triliun. Sebagai kontraktor pelaksana adalah PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) bersama dengan PT Acset Indonusa Tbk (ACSET) (KSO Waskita-Acset).
7. Belum ada kecelakaan
Selama pengerjaan, belum pernah ada kecelakaan kerja meski pelaksanaan kerja terlampau cukup sulit.
Diketahui, selama konstruksi, pekerjaan ini dilakukan di atas lalu lintas kendaraan yang melaju. Terlebih, di setiap sisinya terdapat pengerjaan proyek LRT dan kereta cepat.
Menurut Peneliti Laboratorium Transportasi Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno mengatakan, selama pembangunan, Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) yang dibentuk Kementerian PUPR turut mengawasi sejak perencanaan hingga pelaksanaan konstruksi.
"Selama pekerjaan konstruksi, dapat dikatakan tidak pernah ada kecelakaan kerja yang berakibat fatal," kata Djoko.
8. Bergelombang
Sebuah foto yang menampakkan gambaran jalan yang bergelombang ramai di media sosial. Publik pun bertanya-tanya apakah tol layang tersebut aman dilalui kendaraan.
Djoko menuturkan, menurut informasi yang dia dapatkan dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk, alinyemen vertikal memang tidak dibuat lurus dan agak bergelombang jika dilihat dari kejauhan.
Hal ini dirancang guna menghemat biaya konstruksi. Selain itu, pembangunan tersebut juga dilakukan untuk mematuhi norma atau pedoman membangun jalan yang berkeselamatan.
Terlebih di area yang terdapat jembatan penyeberangan orang (JPO) atau overpass, maka ketinggian jalan akan naik.
"Terus akan kembali lagi ke elevasi normal. Karena banyaknya alinyemen vertikal, maka jadinya naik-turun. Jika di foto-foto memang kesannya meliuk-liuk, padahal tetap aman," tutur Djoko.
(Sumber: Kompas.com/Rosiana Haryanti, Dani Prabowo, Elsa Catriana, Mutia Fauzia)
https://properti.kompas.com/read/2019/12/13/201949321/ada-fakta-baru-tol-layang-jakarta-cikampek