JAKARTA, KOMPAS.com - Salah sinyal khas negara sedang mengalami resesi ekonomi adalah mangkraknya pembangunan pencakar langit supertinggi yang menelan banyak dana.
Apakah China sedang menghadapi resesi?
Faktanya, raksasa konstruksi Negeri Tirai Bambu ini, China Construction Third Engineering Bureau Co, telah melepas proyek pencakar langit tertinggi di negara itu setelah pengembangnya, Greenland Group, gagal melakukan pembayaran.
Kegagalan tersebut menjadi sorotan yang saat ini dihadapi oleh perusahaan-perusahaan konstruksi China ketika ekonomi melambat.
Mereka harus memangkas pendanaan sehingga membuat ledakan pembangunan pencakar langit yang sudah tak terkendali kini mengalami tekanan.
Dalam surat 30 Oktober yang diperlihatkan oleh Financial Times (FT), China Construction Third Engineering Bureau Co mengatakan akan menghentikan pembangunan Wuhan Greenland Center setinggi 475 meter tersebut.
"Gedung pencakar langit super tinggi yang belum selesai ini menghabiskan banyak dana. Ini salah satu tanda khas resesi ekonomi," kata Yan Yuejin, seorang analis di Lembaga Penelitian dan Pengembangan China E-house yang berbasis di Shanghai.
China melaporkan pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun 6 persen pada kuartal ketiga, laju paling lambat dalam 30 tahun.
Pengembang properti lainnya yang kekurangan uang juga telah berjuang untuk mempertahankan proyek-proyek gedung tinggi mereka.
Penelitian FT mengungkapkan bahwa pembangunan lebih dari selusin gedung pencakar langit yang sangat tinggi didefinisikan sebagai bangunan lebih tinggi dari 300 meter telah ditunda pembangunannya.
Di antara mereka adalah Pusat Zhongnan di kota timur Suzhou. Konstruksi gedung pencakar langit setinggi 729 meter akan menjadikan gedung tertinggi kedua di dunia jika nanti selesai proses pengerjaanya.
Sayangnya, pengerjaan gedung terhenti tak lama setelah konstruksi dimulai pada tahun 2015.
"Pilihan paling rasional bagi kami adalah membangun dengan lambat sampai pasar pulih," kata seorang pejabat di Zhongnan Group, pengembang proyek Suzhou.
Seorang pejabat di Greenland, yang telah mengembangkan puluhan gedung pencakar langit di seluruh negeri mengatakan kepada FT bahwa perusahaan telah menyusun rencana dengan CCTEBC dan konstruksi akan segera dilanjutkan.
Pemerintah Kota Wuhan telah meminta Greenland untuk memangkas ketinggian bangunan.
Jika pembangunan Wuhan Greenland Center berjalan, pengerjaan proyek tetap menghadapi masa depan yang tak pasti.
Bangunan perkantoran di Wuhan dilaporkan memiliki tingkat kekosongan sebanyak 36,2 persen mendekati rekor tertinggi, pada kuartal ketiga tahun ini, menurut Jones Lang LaSalle.
Ia mengharapkan rasio untuk terus meningkat seiring dengan antisipasi banjir yang akan terjadi nantinya.
"Permintaan untuk ruang kantor telah melemah karena ekonomi yang melambat. Situasinya tidak akan membaik dalam waktu dekat," kata Cherry Hu, seorang analis di Cushman & Wakefield di Wuhan. "
Li Guozheng, seorang analis di China Index Academy, sebuah konsultan properti, mengatakan Greenland menghadapi dilema.
"Anda tidak bisa menyerah pada proyek ini, karena Anda telah berinvestasi banyak di dalamnya. Tetapi jika Anda terus maju, Anda berisiko tidak dapat menemukan penyewa sementara dan harus membayar tagihan pemeliharaan yang sangat tinggi," terang Liu
Baru-baru ini, Greenland mengandalkan penjualan apartemen hunian yang mahal nantinya akan dikembangkan berdekatan dengan gedung-gedung pencakar langit multi guna yang bertujuan mencegah kerugian dari ruang kantor yang kosong.
"Ada masalah mendasar dengan model bisnis Greenland. Itu tidak dapat diperhitungkan pada penurunan ekonomi," tutup Li.
https://properti.kompas.com/read/2019/11/23/173712821/wuhan-greenland-terancam-mangkrak-tanda-china-hadapi-resesi