Direktur Keuangan dan Manajemen Korporasi PT MRT Jakarta Tuhiyat mengatakan, biaya konstruksi Fase II jauh lebih mahal ketimbang Fase I karena seluruh strukturnya dibuat underground (bawah tanah).
"Secara biaya, struktur underground dua kali lipat lebih mahal dibanding layang (elevated)," ungkap Tuhiyat saat MRT Jakarta Fellowship Program, di Jakarta, Selasa (19/11/2019).
Menurut Tuhiyat, angka sebesar itu pun kemungkinan bisa berubah, tergantung pada tingkat inflasi, dan harga material bangunan.
Pendanaan MRT Jakarta Fase II masih menggunakan skema three sub level agreement dengan status pinjaman ketat (tight loan) dari Pemerintahan Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA).
Disebut tight loan, karena seluruh mekanisme, aspek konstruksi, kontraktor pelaksana, dan rolling stocks, serta konsultansi berbau unsur Jepang.
"Skemanya masih menggunakan pinjaman JICA. Kami sudah terikat. Namun, untuk MRT Jakarta fase berikutnya, East-West Ujung Menteng-Kembangan, kami membuka peluang bagi investor manapun untuk mendanai proyek ini," tutur Tuhiyat.
Saat ini, PT MRT Jakarta sedang membangun power hub di kawasan Monas, Jakarta Pusat, dengan Contract Package (CP) senilai Rp 200 miliar. Setelah itu, CP 201 untuk trase Bunderan HI-Harmoni mulai disiapkan.
Targetnya, konstruksi MRT Jakarta Fase II ini rampung pada 2024 mendatang.
Mulai 2025
Adapun pinjaman untuk Fase I Koridor Lebak Bulus-Bunderan HI, senilai Rp 16 triliun dengan tenor 40 tahun dan bunga di bawah 1 persen per tahun.
Murahnya suku bunga inilah yang mendasari Pemerintah Indonesia memilih JICA sebagai kreditor pembangunan MRT Jakarta ketimbang tawaran pinjaman dari sindikasi perbankan dengan bunga sebesar 3 persen sampai 4 persen.
Kredit yang dikucurkan tersebut telah direalisasikan dalam empat tahap konstruksi dan satu tahapan konsultansi.
Keempat tahap konstruksi ini adalah depot dan struktur layang, struktur underground, railways system dan track work, serta rolling stocks senilai Rp 14.581.309.000.000.
Kemudian konsultansi yang menyangkut tender assistance service (TAS-1), tender assistance service, construction management consulting services , dan operation maintenance consulting service dengan nilai Rp 576.170.000.000.
Karena penandatanganan perjanjian pinjaman dilakukan pada 2015 dengan masa tenggang (grace periode) 10 tahun, maka PT MRT Jakarta harus mulai melunasinya pada 2025.
"Utang harus dibayar kan, semoga lunas pada 2055 mendatang," tuntas Tuhiyat.
https://properti.kompas.com/read/2019/11/20/192025421/fase-ii-mrt-jakarta-bunderan-hi-ancol-barat-butuh-rp-225-triliun