KOMPAS.COM - Pariwisata seolah memberi secercah harapan bagi masyarakat di Tanah Air. Bagaimana tidak, pariwisata selama beberapa tahun terakhir memiliki daya dorong menggerakkan ekonomi masyarakat hingga ke tingkat desa.
Dalam laporan The Travel & Tourism Competitiveness Report yang dirilis World Economic Forum (WEF) 2019, peringkat daya saing pariwisata Indonesia berada di peringkat 40 dari 140 negara.
Peringkat indeks daya saing pariwisata Indonesia di dunia naik menjadi peringkat 40 pada 2019 dari peringkat 42 pada 2017. Bahkan, indeks daya saing pariwisata Indonesia menempati peringkat empat di kawasan Asia Tenggara.
Sebagai catatan, Indonesia pernah berada di peringkat 50 dunia pada 2015. Lantas, pada 2017, peringkat Indonesia melonjak menjadi peringkat 42. Sementara itu, pemerintah Indonesia menargetkan naik ke rangking 30 di dunia.
Sumbangan devisa dari sektor pariwisata pun terus meningkat setiap tahunnya. Pariwisata menyumbang 12,2 miliar dollar Amerika Serikat (AS) pada 2015. Lalu, pada 2016 naik menjadi 13,6 miliar dollar AS dan kembali naik menjadi 15 miliar dollar AS pada 2017.
Adapun jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada 2018 sebanyak 15,81 juta wisatawan.
Masih merujuk pada laporan WEF 2019, pariwisata sebagai industri global telah berkembang sejak laporan WEF terakhir pada 2017. Kontribusinya terhadap PDB global (saat ini 10 persen) diperkirakan akan meningkat sebanyak 50 persen pada dekade berikutnya.
Namun demikian, pertumbuhan infrastruktur pendukung pariwisata seperti jalan, pelabuhan, bandara, dan akomodasi hotel merosot yaitu hanya 1,4 persen. World Economic Forum Head of Mobility Christoph Wolff mengatakan, peningkatan pariwisata membawa manfaat besar bagi banyak negara, tetapi harus dikelola dengan baik oleh pembuat kebijakan dan bisnis untuk masa depan yang berkelanjutan.
Destinasi wisata prioritas
Demi mendukung industri pariwisata di Indonesia, pemerintah telah menetapkan lima Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) atau Bali Baru dengan status super prioritas.
Adapun kelima destinasi wisata super prioritas tersebut adalah Danau Toba di Sumatera Utara, Borobudur di Magelang, Mandalika di Nusa Tenggara Barat, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Barat, dan Likupang di Sulawesi Utara.
Meski sempat terkendala pengadaan lahan, terutama Danau Toba dan Borobudur, namun secara umum perkembangan pembangunan infrastruktur di kawasan itu cukup positif.
Pembangunan infrastruktur 5 KSPN ditargetkan rampung pada akhir 2020. Adapun anggaran yang dialokasikan untuk membangun infrastruktur di 5 KSPN tersebut mencapai Rp 7,6 triliun pada tahun depan.
Konektivitas KSPN
Direktorat Jenderal Bina Marga pun ikut mendukung program KSPN tersebut. Pada 2019, Ditjen Bina Marga mengalokasikan anggaran sebesar Rp 869.673.347.000 untuk 5 KSPN.
Ditjen Bina Marga Sugiyartanto menjelaskan, anggaran tersebut digunakan untuk beberapa penanganan jalan akses dan jembatan, antara lain pemeliharaan rutin jalan, pemeliharaan rutin kondisi, rehabilitasi jalan, rekonstruksi jalan, pelebaran Jalan menuju standar, pelebaran jalan menambah lajur, pembangunan jalan, pemeliharaan rutin jembatan, rehabilitasi jembatan, dan penggantian jembatan.
Ia mengatakan, Ditjen Bina Marga pada 2019 bertanggung jawab membangun akses jalan dan jembatan akses sejumlah KSPN.
Tahun ini, Sugiyartanto melanjutkan, Ditjen Bina Marga menangani 489,20 kilometer (km) jalan akses dan 2.568,90 meter (m) jembatan guna mendukung kegiatan di KSPN Danau Toba, Sumatera Utara.
Adapun anggaran yang dialokasikan untuk program tersebut yakni Rp 350.776.802.000.
“Progress fisik untuk KSPN Danau Toba telah mencapai 54,78 persen,” ujarnya.
Lantas, Ditjen Bina Marga pun mengalokasikan anggaran sebesar Rp 34.651.325.000 guna mendukung kegiatan di KSPN Borobodur.
Adapun pembangunan yang dilakukan di situ yakni 113, 67 km jalan akses dan 2.130, 24 m jembatan. Pembangunan fisik di KSPN Borobudur, imbuh Sugiyartanto, telah mencapai 93,21 persen.
Anggaran sebesar Rp 271.523.113.000 telah dialokasikan Ditjen Bina Marga untuk mendukung kegiatan di KSPN Mandalika, NTB.
Pada 2019, ia menambahkan, Ditjen Bina Marga menangani 307,72 km jalan akses dan 2.880,40 m jembatan. Hingga kini, pembangunan fisik di Mandalika telah mencapai 70,62 persen.
Sugiyartanto pun menerangkan, Ditjen Bina Marga tahun ini menangani 83,17 km jalan akses dan 423,80 m jembatan dengan total anggaran Rp 58.400.722.000 guna mendukung kegiatan di Labuan Bajo.
“Progress fisik hingga saat ini telah mencapai 80,34 persen,” katanya.
Selain itu, Ditjen Bina Marga menangani 236,85 km jalan akses dan 2.069,30 m jembatan dengan total anggaran Rp 154.321.385.000 guna mendukung kegiatan di KSPN Likupang, Sulawesi Utara.
Sebagai informasi, pembangunan fisik di Likupang telah mencapai 83,82 persen.
Dengan dukungan Ditjen Bina Marga membangun infrastruktur di 5 Bali Baru, maka peluang pemerintah untuk meningkatkan peringkat indeks daya saing pariwisata Indonesia di tingkat global menjadi lebih terbuka.
Jalan Indonesia menuju peringkat 30 indeks daya saing dunia pun makin jelas, setapak demi setapak telah diupayakan dengan komitmen nyata, utamanya membangun infrastruktur untuk mendukung 5 KSPN di nusantara.
https://properti.kompas.com/read/2019/11/05/080900121/5-bali-baru-di-indonesia-butuh-dukungan-infrastruktur-apa-yang-akan