Pameran tersebut merupakan salah satu sarana alih pengetahuan dan teknologi bidang konstruksi kepada negara yang menjadi tempat penyelenggaraan.
Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Konstruksi Kementerian PUPR Syarif Burhanuddin mengatakan pembangunan infrastruktur masih menjadi salah satu prioritas nasional pada tahun 2020-2024 yang membutuhkan teknologi konstruksi lebih efisien.
Untuk itu, kerja sama dengan negara lain termasuk Korea Selatan sangat diperlukan untuk berbagi teknologi terkini di bidang konstruksi.
Guna mengimbangi pesatnya pembangunan infrastruktur jasa konstruksi, diperlukan kesiapan rantai pasok yang terdiri dari sumber pembiayaan, SDM yang berkompeten, kesiapan material dan teknologi.
"Metode teknologi konstruksi memegang peranan penting mengingat tuntutan semakin tinggi akan mutu infrastruktur yang dibangun dalam waktu relatif singkat," kata Syarif saat membuka KICT Construction and Technology Fair in Indonesia di Jakarta, Kamis (26/9/2019).
Syarif menyatakan sangat mengapresiasi penunjukkan Indonesia sebagai tuan rumah agenda tahunan KICT ke-5 dan berharap banyak manfaat yang akan didapatkan khususnya dengan tindak lanjut kerja sama Indonesia-Korea di bidang jasa konstruksi.
"Terlebih lagi terkait rencana pembangunan Ibu Kota Baru dengan konsep smart city, yang mengkombinasikan antara kawasan kota pemerintahan berbasis keberlanjutan dan teknologi serta memperhatikan efisiensi," terang Syarif.
Pemerintah Indonesia dalam hal rencana pemindahan ibu kota juga dapat berbagi pengalaman dengan Korea yang diketahui telah memindahkan sebagian kantor pemerintahan ke Kota Sejong yang dibangun sebagai kota cerdas dengan teknologi tinggi.
Di samping itu, tempat tinggal warga kota juga didesain tidak jauh dari tempat kerja sehingga mobilitas manusia dapat dikurangi.
"Tadi pihak Korea sudah menyatakan ketertarikannya untuk ikut berpartisipasi dalam pemindahan ibu kota negara," sebut Syarif.
Namun demikian, kata Syarif, mereka masih melihat potensi sejumlah sektor yang bisa dipelajari, dengan skema kerja sama yang cocok.
Dia berharap pameran ini tidak hanya sebagai sarana untuk berbisnis antara badan usaha bidang konstruksi kedua negara, namun juga menjadi sarana perluasan jejaring kerja dan pengembangan kapasitas SDM sektor konstruksi.
"Ini bisa menjadi awal dari inovasi dan gagasan sebagai masukan bagi kebijakan dan strategi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pembangunan infrastruktur di Indonesia sesuai UU Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi," papar Syarif.
Sementara itu, Vice President KICT Kwon Sooahn menyatakan sebanyak 15 badan usaha dari Korea mengikuti pameran ini.
Mereka bergerak di sektor jasa konstruksi dengan berbagai spesialisasi seperti lnformation and Communication Technology (ICT), konstruksi bangunan gedung, jembatan, geoteknik, jalan, air limbah, dan sumber daya air.
"Hari ini kami ingin mempertemukan teknologi kedua negara dan semoga dapat meningkatkan kerjasama dua negara yang selama ini telah terjalin," kata Kwon.
https://properti.kompas.com/read/2019/09/26/171040621/indonesia-korea-berbagi-inovasi-teknologi-konstruksi