Teknologi ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air (Pusair) Ditjen SDA Kementerian PUPR dan telah terdaftar secara paten di Direktorat Jenderal (Ditjen) HAKI, Kementerian Hukum dan HAM.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan dukungan inovasi dan teknologi diperlukan dalam pembangunan infrastruktur untuk menjadi lebih baik, cepat, dan lebih murah.
"Pemanfaatan teknologi yang tepat guna, efektif, dan ramah lingkungan juga didorong guna menciptakan nilai tambah dan pembangunan berkelanjutan sehingga manfaat infrastruktur dapat dirasakan generasi mendatang," kata Basuki dalam keterangan tertulis, Sabtu (21/9/2019).
Teknologi bendung modular dapat digunakan pada saluran irigasi premier, sekunder dan tersier.
Keunggulanngannya antara lain dari segi mutu konstruksi dan biaya serta direkomendasikan untuk diterapkan pada sungai upper middle reach dengan tipe material sedimen yang dominan berupa pasir halus sampai kerikil.
Bendung ini terbuat dari susunan blok-blok beton tipe pusair yang saling mengikat dan mengunci sehingga membentuk struktur ambang dan pelimpah bendung.
Berat per unit blok beton sekitar 170 kilogram sehingga masih dapat diangkat secara manual oleh 2-3 orang dan tidak memerlukan alat berat.
Struktur ini juga sangat bermanfaat untuk pekerjaan konstruksi di remote area.
Selain itu, struktur dapat beradaptasi dengan perubahan dasar sungai (fleksibel), kerusakan yang terjadi pada bangunan bendung atau bangunan pengendali dasar sungai dapat diganti sesuai dengan bagian-bagian yang mengalami depresiasi (modular), strukturnya terbagi-bagi menjadi beberapa segmen (segmental).
Kemudian dapat meningkatkan aerasi di hilir struktur bending sehingga kualitas air menjadi lebih baik (eco hydraulic), menekan kebutuhan biaya produksi (cost effective) dan menghemat waktu pengerjaan proyek (time saving).
https://properti.kompas.com/read/2019/09/22/135919621/bendung-modullar-dibangun-di-morotai