Dengan demikian, masyarakat Jawa Barat, terutama yang berdomisili di Bandung, Sumedang, Subang, dan sekitarnya dapat memanfaatkan jalan bebas hambatan ini menuju Bandara International Jawa Barat (BIJB) di Kertajati, Majalengka.
"Kami optimistis Tol Cisumdawu beroperasi tahun depan," kata Danang menjawab Kompas.com, di Bandung, Rabu (4/9/2019) malam.
Optimisme Danang terkait dengan hampir rampungnya pekerjaan Seksi I dan II sepanjang 27,62 kilometer yang merupakan porsi pemerintah.
Rinciannya, untuk pekerjaan konstruksi telah mencapai 66,01 persen, dan pembebasan lahan sekitar 86,61 persen.
Sementara Seksi III hingga VI sepanjang 33,22 kilometer yang merupakan porsi PT Citra Karya Jabar Tol (CKJT) masih terus dipacu pekerjaannya.
Merujuk data monitoring jalan tol non-Trans Jawa BPJT, perkembangan pembebasan lahan empat seksi terakhir mencapai 15,15 persen, sementara konstruksinya 9,3 persen.
Pertama, memberikan tenggat kepada kontraktor dan investor asal China yang mengerjakan Seksi I dan II.
Sebagai informasi, pengerjaan Tol Cisumdawu memang melibatkan tiga kontraktor asal Negeri Tirai Bambu.
Ketiganya adalah Metallurgy Corporation of China (MCC), China Road and Bridge Corporation (CRBC), dan Shanghai Construction Group (SCG).
Dari total enam seksi, kontraktor China mendapat jatah mengerjakan Seksi I dan II, yang memanfaatkan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), selain pinjaman dari investor China.
Oleh karena itu, untuk mengejar target operasional 2020, pihaknya akan memaksa kontraktor China agar mempercepat pekerjaannya.
"Kalau bicara pembagiannya business to business, kita lihat sampai akhir tahun ini. Kalau tidak bisa, kita akan cari solusi yang lebih bagus lagi," tegas Danang.
Hal kedua terkait dana talangan yang sangat bergantung pada memorandum of understanding (MoU) antara CKJT dan Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).
"Ini bukan isu utama lagi. Cisumdawu sudah punya uang (dananya ada) untuk pembebasan lahan. Jadi, tidak masalah jika mereka minta plafon ditambah," kata Danang.
Demikian halnya dengan proses kontraktual dari pembebasan lahannya. Menurut Danang, Badan Pertanahan Nasional (BPN), dan LMAN pasti mendukung kelancaran pembangunan tol ini.
"Tinggal kami mengharapkan dukungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat yang harusnya pro-aktif. Paradigmanya kan, pemerintah pusat membantu pemprov. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)-nya sudah kompeten, dana tersedia, pemprovnya harus pro-aktif. Kuncinya di sini," urai Danang.
"Itu akan kita dorong lagi lebih intensif," tuntas Danang.
Tol Panoramik
Kasatker Pelaksanaan Jalan Bebass Hambatan Cisumdawu Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR Yusrizal Kurniawan mengatakan, Tol Cisumdawu merupakan tol panoramik karena pemandangan alamnya yang indah.
Selain itu, daya tarik utama jalan bebas hambatan ini adalah tunnel atau terowongan menembus gunung sepanjang 472 meter dengan diameter 14 meter.
Lokasinya berada di Seksi II Fase 2 Tol Cisumdawu yang menghubungkan Rancakalong-Sumedang sepanjang 17,05 kilometer atau tepatnya berada di Desa Cilengsar, Sumedang, Jawa Barat.
Tidak seperti pekerjaan main road, pembangunan terowongan ini relatif mulus dan lancar karena tidak terkendala pembebasan lahan, dan perubahan cuaca ekstrem.
"Main road banyak permasalahan lahan dan cuaca ekstrem," sebut Yusrizal.
Adapun investasi untuk membangun Tol Cisumdawu senilai Rp 8,41 triliun, dengan perkiraan lalu lintas harian rata-rata (LHR) mencapai 23.229 kendaraan.
"Tarifnya kami hitung sekitar Rp 1.000 per kilometer," kata dia.
Jika kelak rampung, Tol Cisumdawu mampu memangkas jarak tempuh dari Bandung menuju Cirebon menjadi sekitar 45 menit.
https://properti.kompas.com/read/2019/09/05/070000221/tahun-2020-ke-bandara-kertajati-bisa-lewat-tol-cisumdawu