Tak tanggung-tanggung, investasi kedua proyek ini senilai total 1,7 miliar dollar AS atau ekuivalen Rp 24.2 triliun.
Imperium bisnis yang dirintis Presiden Amerika Serikat Donald Trump tersebut bermitra dengan baron media Nasional, MNC Land, yang dikomandani Hary Tanoesoedibjo.
Mengutip laman resmi The Trump Organization, Trump Residences Lido dan Trump Residences Bali ditujukan bagi kalangan atas. Karenanya, properti ini diklasifikasikan sebagai luxury atau mewah.
Dalam konteks bisnis properti di Indonesia, keduanya merupakan portofolio perdana The Trump Organization.
Tentu saja, kehadiran mereka menambah panjang daftar merek-merek bertaraf global yang masuk pasar Indonesia.
Sebelumnya, terdapat Raffles Residences yang digandeng Ciputra Group, The St Regis Residences dan Four Seasons Residences yang berpartner dengan Rajawali Corporation, The Regent Residences yang diperkenalkan KG Global Development, sekadar menyebut nama.
Kompetisi pun bakal makin sengit di antara sesama brand mewah tersebut, karena ceruk pasar kelas ini demikian nieche untuk ukuran Indonesia.
Mengacu pada Wealth Report 2018 yang dirilis Knight Frank, jumlah orang Indonesia yang masuk masuk kategori ultra high net worth individual (UHNWI) sebanyak 20.240 orang dari total 260 juta populasi.
Kekayaan mereka senilai 5 juta dollar AS atau setara Rp 71 miliar hingga lebih dari 500 juta dollar AS (Rp 7,1 triliun) hanya 20.240 orang.
Merekalah yang dinilai mampu membeli properti dengan banderol mulai dari Rp 60 juta per meter persegi sampai Rp 150 juta per meter persegi.
Perilaku mereka dalam membelanjakan uangnya untuk properti sangat selektif. Termasuk soal pengelolaan gedung yang ditangani merek dengan jaringan global.
Bahkan, dalam laporan Kompas.com Juli lalu mengenai Properti-properti Mewah Incaran Orang Kaya Jakarta, banyak di antara para UHNWI tersebut yang membeli hunian dengan cara kontan.
Jika terhadap brand-brand tersebut di atas mereka demikian royal membelanjakan dananya, bagaimana dengan merek Trump Residences?
Nama Trump diakui sangat popular di Indonesia. Terutama sejak serial NBC The Apprentice tayang pada kurun 2004-2015.
Kepopuleran Trump mencapai puncak saat sang patron Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS menggantikan Barack Obama sejak 20 Januari 2017.
Namun, apakah pamor ini relevan di bisnis properti Indonesia?
CEO Leads Property Indonesia Hendra Hartono mengungkapkan pendapatnya. Menurut dia, proyek Trump berada di dua kawasan yang berbeda secara karakter pasar.
"Bali tak diragukan sebagai destinasi wisata unggulan dan terbaik di dunia. Ada banyak properti mewah yang sudah lebih dulu hadir di sini dan mendulang sukses," tutur Hendra menajwab Kompas.com, Rabu (14/8/2019).
Hal senada dikatakan Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto, secara reputasi, Bali sangat internasional sehingga mudah dipasarkan di luar negeri.
"Hunian ini kelas mewah, cocok antara lokasi dan nama yang disandang," kata Ferry.
Walaupun pasar saat ini sedang lesu, tapi ada keyakinan akan terjadi pemulihan. Paling tidak, dalam dua tahun mendatang sehingga momentum investasi sekarang pas karena ada harapan pasar akan membaik kembali saat proyek tersebut beroperasi.
Selain menarik pembeli asing, Trump Residences Bali juga harus membidik orang kaya lokal. Mereka potensial untuk digarap dan difasilitasi dengan baik.
Terlebih, ada relaksasi batas atas harga untuk properti mewah. Hal ini bisa jadi momentum bagi The Trump Organization menjual Trump Residences.
Artinya jika harganya berada di kisaran Rp 10 miliar hingga Rp 30 miliar per unit, produk ini akan bebas dari PPnBM 20 persen plus pengurangan pajak PPH 22 (supermewah) dari 5 persen menjadi 1 persen.
Sementara Lido, memiliki target segmen yang sama dengan Rancamaya Golf Estate pada zaman pertengahan 1990-an.
Selain itu, juga masih tergantung dari infrastruktur transportasinya, yang menurut Ferry sama sekali belum siap.
Namun demikian, Hendra menekankan, keunggulan Lido ada pada kondisi alamnya dengan udara yang lebih sejuk dibandingkan Rancamaya karena topografinya lebih tinggi.
Kemudian, kehadiran Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) juga membuat Trump Residences Lido akan mudah dijangkau.
Hanya, memang tidak mudah menaklukkan pasar kalangan atas yang menginginkan keunikan-keunikan atau syarat-syarat tertentu agar dipenuhi pengembang.
Selain itu, segmen yang dibidik di generasi baby boomers dan Gen X bisa jadi lebih terbatas karena bisa jadi sudah memiliki rumah kedua atau second home berkategori mewah.
"Yang jadi target mungkin harus pasar asing atau kalangan atas di regional Asia, dan apakah UHNWI baru yang merupakan kalangan milenial mau tinggal dan investasi di sana," ujar Hendra.
Faktor rekam jejak portofolio juga memengaruhi minat calon konsumen. Meski The Trump Organization punya produk bagus di negara asal dan negara lainnya, di Indonesia belum ada yang bisa dijadikan rujukan.
Demikian halnya dengan MNC Land sebagai partner, rekam jejaknya belum bisa dikatakan sebanyak pengembang lain macam Sinarmas Land atau Ciputra.
"Masih perlu diuji waktu. Makanya menggandeng Trump adalah salah satu upaya yang perlu dilakukan," kata Ferry.
Kendati begitu, Hendra mengharapkan The Trump Organization dan MNC Land mengemas produk Trump Residences ini dengan konsep yang benar-benar spektakuler.
Hal ini dilakukan guna menarik perhatian, minat, sekaligus meyakinkan kalangan UHNWI terhadap Trump Residences dibanding dengan merek lain seperti tersebut di atas yang sudah lebih dulu ada.
Trump Residence Lido berada di area pengembangan MBC Lido City seluas 350 hektar. Sementara Trump Residences Bali merupakan bagian dari MNC Bali Resort seluas 102 hektar.
Khusus Trump Residences Bali akan mencakup 224 unit kondominium dan 144 unit vila.
https://properti.kompas.com/read/2019/08/14/190000721/menguji-tuah-trump-di-lido-dan-bali