Khusus properti rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan subsidi dengan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), persaingan yang terjadi ternyata demikian ketat.
Kompas.com menemukan sengitnya rivalitas tersebut saat mengunjungi pameran Indonesia Properti expo (IPEX) 2019 di JCC Senayan, Jakarta, pada Kamis (1/8/2019).
Para pengembang berlomba menawarkan beragam promosi menarik dengan gimmick aduhai. Mulai dari uang muka atau down payment (DP) 0 Rupiah, cicilan murah, diskon harga jual, hingga peralatan dan perlengkapan rumah tangga disediakan.
Tak hanya itu, setiap pengembang membekali para tenaga penjualnya dengan brosur menarik, serta seragam tak kalah atraktif.
Bahkan, beberapa yang kami temui, memiliki skill komunikasi yang cukup baik dan penguasaan produk secara komprehensif.
"Persaingan sangat ketat, banyak pemain rumah subsidi dan rumah MBR. Kami harus pandai-pandai bersiasat," ungkap Project Director Vista Land Christian C menjawab Kompas.com.
Christian menuturkan, di dalam area pameran IPEX saja ada banyak stan pengembang rumah subsidi. Kendati tak menyebut angka, dia menganggap banyak pesaing.
Dalam pengamatan Kompas.com, para pengembang rumah subsidi dan MBR ini terkonsentrasi di pinggir kanan Hall B JCC. Mereka berjajar rapi mulai dari bagian tengah hingga sisi belakang.
Sebut saja Restu Pesona Cipta yang membangun Balika residence, Kreasi Group yang mengembangkan Abdi Negara Residence, dan Orchard Garden Property, dan lain-lain.
Berbeda dengan mereka, Vista Land justru menempati Hall A, area yang dianggap bergengsi. Hal ini karena Vista Land memamerkan seluruh produk yang telah dan tengah dibangun.
"Ini sebagai bukti kalau kami punya rekam jejak sebagai spesialis perumahan subsidi dan FLPP. Dan juga strategi untuk meningkatkan citra perusahaan sekaligus memenangkan persaingan," tegas Christian.
Tak hanya di pameran, di lokasi pengembangan pun persaingan tak bisa dielakkan. Bahkan, bisa lebih seru.
Bayangkan saja, sambung dia, di satu kelurahan bernama Klapanunggal, di Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, terdapat 13 hingga 14 perumahan.
Satu perumahan, berisi 20 unit hingga seratusan unit rumah dengan desain bervariasi dan gimmick yang juga dibuat menarik.
"Strategi lainnya, kami komitmen membangun dan merealisasikan dengan cepat rumah-rumah yang sudah dibeli konsumen. Karena kebutuhan rumah masih banyak, apalagi harganya terjangkau Rp 147 jutaan," imbuh Christian.
Hasilnya, sejak 2004 menggeluti bisnis rumah subsidi, Vista Land telah memiliki 28 portofolio yang tersebar di Tangerang, Bogor, dan Bekasi.
Pada pameran kalini, mereka menargetkan penjualan 500 unit hingga 800 unit. Meski baru terjual 200 unit, Christian optimistis target tercapai.
Demikian halnya dengan Restu Pesona Cipta. Petugas Penjualan Masturi mengatakan, rumah-rumah Balika Residence yang dipamerkan adalah rumah siap huni atau ready stock.
"Kalau pun inden, itu hanya sebulan, karena kami terus membangun. Ini strategi untuk meyakinkan pasar bahwa kami terbukti punya proyek di lapangan," kata Masturi.
Karena itu, Restu Pesona Cipta berani memasarkan rumah subsidi dengan harga baru Rp 158 juta per unit, meskipun lokasinya terbilang jauh yakni 15 menit dari Stasiun Cikarang, Kabupaten Bekasi.
"Banyak yang beli orang Jakarta. Mereka kerja juga di Jakarta, puas dengan produk kami," imbuh dia.
Untuk diketahui, hingga Juni 2019, terdapat 11.789 pengembang yang terdaftar di Sistem Registrasi Pengembang (Sireng) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Termasuk anggota organisasi baru Himpunan Pengembang Permukiman dan Perumahan Rakyat (Himperra) yang menurut Ketua Umumnya, Endang Kawidjaya, mencapai 1.600 pengembang.
"Angka ini terbesar ketiga setelah REI dan Apersi," imbuh Endang.
Aplikasi Sireng merupakan bagian dari upaya Kementerian PUPR melakukan pengawasan terhadap kualitas rumah subsidi yang dibangun oleh pengembang perumahan agar tetap memenuhi standar rumah layak huni.
https://properti.kompas.com/read/2019/08/02/140302721/serunya-persaingan-sesama-pengembang-rumah-subsidi