Kelima embung berkapasitas tampung 240.000 meter kubik itu baru dapat mengairi lahan irigasi seluas 1.050 hektar.
Sementara, seiring dengan pertumbuhan penduduk juga pembangunan infrastruktur penunjang Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), kebutuhan akan air kian meningkat.
"Ya harus ditambah lagi. Apalagi kalau kita lihat sebarannya (masyarakat) yang ada di sini, kita tahu kan banyak perkampungan dan kecamatan yang ada, jadi perlu juga dibangun embung utamanya di daerah pedalaman,” kata Roy menjawab Kompas.com di Pulau Samosir, Selasa (30/7/2019).
Bila melihat kondisi geografisnya, Pulau Samosir memiliki kontur pegunungan yang cukup banyak pada bagian pusatnya. Sementara pada daerah pinggirannya relatif datar.
“Embung ini adalah salah satu strategi kita dalam penyediaan air di pedalaman. Kalau di pinggir sini kan gampang, ada air dari Danau Toba tinggal pompa,” ujarnya.
Saat ini, BWS Sumatera II masih mengidentifikasi kebutuhan tambahan pasokan dan cadangan air yang dibutuhkan masyarakat, untuk keperluan irigasi dan suplai air baku.
Namun untuk sementara, BWS Sumatera II menyediakan pompa untuk membantu mendistribusikan air bila diperlukan masyarakat.
Sementara itu, Direktur Sungai dan Pantai Ditjen Sumber Daya Air Jarot Widyoko berharap, pemerintah daerah dapat berperan aktif dalam menjaga ketahanan air. Salah satu upaya yang bisa dilakukan yakni dengan membebaskan lahan di daerah yang hendak dijadikan kawasan embung.
"Sekarang begini, kita enggak bisa bergerak sendiri kan. Karena embung kan terkait pembebasan lahan, kalau kata Bupati ini tanah bebas ya baru kita bisa turun,” ucap Jarot.
https://properti.kompas.com/read/2019/07/31/100000921/pulau-samosir-perlu-tambahan-embung