Terlebih, hingga akhir tahun ini, kondisi bisnis sangat menantang (challenging). Salah satu tantangan yang harus dihadapi dengan langkah strategis adalah tendensi penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI).
"Ini kinerja hingga 30 Juni, masih sekitar 48-49 persen dari target. Tapi ya kami harus yakin, pendapatan bisa mencapai target," ujar Ananta menjawab Kompas.com, usai paparan Kinerja SMF Semester I-2019, di Jakarta, Senin (22/7/2019).
Ananta menuturkan, SMF adalah special mission vehicle (SMV) pemerintah bukanlah seperti perusahaan terbuka lainnya yang mengejar keuntungan komersial semata.
Namun demikian, SMF berupaya kompetitif, setidaknya bisa memasarkan produk yang dapat menguntungkan perseroan, kendati dengan marjin sedikit.
"Jadi, jika dinamika pasar terdapat tendensi penurunan suku bunga, kami masih bisa bersaing. Tapi tetap harus sound, sustain, dan safe," imbuh Ananta.
Selain tendensi penurunan suku bunga, tantangan lainnya adalah dana dari pasar modal yang diperebutkan oleh tidak hanya SMF, melainkan juga lembaga lainnya. Termasuk pemerintah.
"Dana di pasar modal kita kan terbatas, tidak seperti di luar. Nah, bagaimana SMF harus inovatif melakukan terobosan-terobosan baru, juga menciptakan model bisnis baru," sambung dia.
Model bisnis baru yang tengah disiapkan adalah warehousing yakni langkah antara dalam transaksi kewajiban hutang yang dijamin atau collateralized debt obligation (CDO) yang melibatkan pembelian pinjaman atau obligasi yang akan berfungsi sebagai jaminan dalam transaksi CDO dimaksud.
Periode warehousing biasanya berlangsung selama tiga bulan, dan berakhir setelah penutupan transaksi CDO. Model bisnis ini akan dilaksanakan sebelum akhir 2019.
Senyampang itu, empat program inisiatif strategis tetap dilakukan yakni program penurunan beban fiskal dari 10 persen menjadi 25 persen porsi SMF untuk membiayai 68.000 rumah dengan bunga 5 persen.
Kemudian program KPR pasca bencana untuk 3.000 ASN, dan menyalurkan pembiayaan Rp 100 juta per ASN sesuai NJOP tanah.
Berikutnya, program pembiayaan daerah kumuh yang bekerja sama dengan Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), serta program pembiayaan homestay di tiga lokasi.
Penyaluran pembiayaan meningkat
Sementara itu, secara umum, SMF mencatat peningkatan kinerja sepanjang Semester I-2019. Hal ini tecermin dari kenaikan jumlah penyaluran pembiayaan KPR seiring optimalisasi peran SMF sebagai SMV Kementerian Keuangan.
Pinjaman yang disalurkan kepada penyalur KPR senilai Rp 5,33 triliun atau 53,3 persen dari target tahun 2019.
Dengan demikian secara kumulatif total akumulasi dana yang dialirkan dari pasar modal ke sektor pembiayaan perumahan dari tahun 2006 sampai dengan 30 Juni 2019 sebesar Rp 52,846 triliun.
Angka ini terdiri dari pembiayaan Rp 42,691 triliun dan sekuritisasi KPR Rp 10,155 triliun. Dana yang telah dialirkan tersebut digunakan untuk membiayai 775.000 debitur KPR yang tediri dari 76 persen pembiayaan dan 24 persen sekuritisasi.
Selain itu, total aset SMF mencapai Rp 21,01 triliun, melonjak 25,13 persen dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 16,79 triliun.
Adapun laba bersih mencapai Rp 241 miliar atau tumbuh 9,56 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 220 miliar.
Selama tahun 2019 SMF telah bekerjasama dengan 3 bank yang berencana melaksanakan sekuritisasi pada Semester II-2019 dengan menggunakan skema EBA Surat Partisipasi (EBA-SP), salah satunya merupakan penerbitan EBA SP Syariah pertama di Indonesia.
Selain itu, SMF juga telah merealisasikan penerbitan surat utang melalui Penawaran Umum Berkelanjutan IV dan MTN. Total obligasi yang diterbitkan sampai dengan Juni Rp 4,861 triliun.
Penerbitan obligasi PUB IV Tahap VII tersebut SMF merilis tiga seri obligasi, yakni obligasi seri A dengan jumlah pokok sebesar Rp 677 miliar, tingkat bunga tetap sebesar 8 persen dengan jangka waktu 370 hari sejak tanggal emisi.
Obligasi seri B mempunyai jumlah pokok sebesar Rp7 84,5 miliar, dengan tingkat bunga tetap 8,8 persen berjangka waktu 3 tahun, dan obligasi seri C bernilai pokok Rp 425 miliar, dengan bunga tetap 9,250 persen berjangka waktu 5 tahun.
Sedangkan untuk penerbitan MTN VIII sebesar Rp 500 miliar berjangka waktu 2 tahun sejak tanggal emisi.
Dan PUB IV Tahap VIII merilis dua seri obligasi, yakni obligasi seri A dengan jumlah pokok sebesar Rp 522 miliar, tingkat bunga tetap sebesar 7,750 persen dengan jangka waktu 370 hari sejak tanggal emisi.
Kemudian Obligasi seri B mempunyai jumlah pokok sebesar Rp 1, 989 triliun dengan tingkat bunga tetap 8,450 persen berjangka waktu 3 tahun.
Penerbitan obligasi tersebut bertujuan untuk mendukung Program Satu Juta Rumah melalui penyaluran pinjaman (refinancing atas KPR).
Dari seluruh dana yang telah dialirkan, untuk program refinancing, SMF telah membiayai 40.000 debitur KPR yang terbagi atas 53,86 persen wilayah barat, 44,06 persen wilayah tengah dan sisanya sebesar 2,09 persen wilayah timur.
Terkait program penurunan beban fiskal pemerintah, sejak 8 Agustus 2018, SMF bersama BLU PPDPP telah berhasil merealisasikan penyaluran dana KPR FLPP kepada 58.132 debitur.
Total penyaluran dana KPR FLPP sebesar Rp 1,879 triliun melalui 10 bank penyalur KPR FLPP yang merupakan bagian dari realisasi Program FLPP 2018 sejumlah Rp 5,896 triliun.
"Dukungan SMF mendorong peningkatan jumlah rumah yang dibiayai, sampai dengan 30 Juni tahun 2019 telah dibangun sebanyak 81.895 unit," cetus Ananta.
https://properti.kompas.com/read/2019/07/22/155555421/meski-baru-rp-866-miliar-smf-yakin-pendapatan-2019-sesuai-target