Terbaru adalah transaksi Regent Residence di Jl Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Menurut CEO KG Global Development Harry Gunawan, enam unit apartemen mewah ini terjual pada tahun lalu dengan posisi harga Rp 86 juta per meter persegi.
"Jumlah ini menggenapi 55 persen dari total 185 unit yang ditawarkan kepada pasar," kata Harry menjawab Kompas.com, Selasa (16/7/2019).
Kendati selalu ada transaksi, namun Harry mengakui bahwa tidak mudah menawarkan properti mewah kepada kalangan atas yang masuk kategori ultra high net worth individual (UHNWI) dengan kekayaan minimum 5 juta dollar AS.
Menurut Harry, lokasi strategis dan reputasi pengembang saja tidak cukup. Ada banyak elemen yang menjadi pertimbangan konsumen kaya dengan fulus tak berseri ini.
"Privasi dan tingkat keamanan maksimum adalah yang utama. Saya tinggal bertahun-tahun di penthouse Four Seasons Kuningan enggak pernah ngunci apartemen," ungkap Harry.
Oleh karena itu, tak mengherankan bila Regent Residence dan juga apartemen mewah lainnya macam Raffles Residence, Sun and Moon Apartment, Le Parc, atau The Dharmawangsa, banyak mengandung komponen impor.
Kendati demikian, menurut Direktur Ciputra Group Artadinata Djangkar, sebetulnya antara hi end apartment dan yang biasa, perbedaannya komponen impor tidak terlalu besar.
Yang membedakan biasanya elemen interior seperti marmer, sanitari, dan beberapa perlengkapan lainnya seperti door handle.
"Saya tidak bisa memberikan angka pasti persentasenya. Namun memang yang mewah adalah interiornya, dan itu semua impor," jelas Arta kepada Kompas.com, Kamis (18/7/2019).
Untuk marmer di area publik dan koridor Raffles Residence, kata Arta, didatangkan langsung dari Turki. Jenis marmer yang dipilih adalah imperial beige.
Sedangkan untuk kamar mandi, marmer yang digunakan adalah Volakas dan Pegassus dari Yunani dan Italia.
Sementara sanitarinya Duravit dengan fitting Hansgrohe dari Jerman. Adapun perlengkapan dapur atau kitchen equipment merupakan produk Miele yang juga dari Jerman.
"Setahu kami, Raffles Residence adalah branded residence pertama di Jakarta. Artinya mendapat 'brand' dari Raffles Hotel yang merupakan chain hotel bintang 5 premium," ungkap Arta.
Oleh karena itu, kualitasnya harus memenuhi syarat minimum brand Raffles dan pembeli mendapatkan berbagai keuntungan dari chain hotel Raffles.
Tak mengherankan, jika Raffles memenangkan berbagai penghargaan dan merupakan akomodasi pilihan Raja Salman ketika melakukan kunjungan ke Jakarta.
Demikian halnya dengan Regent Residence yang harus menunggu persetujuan (approval) dari Intercontinental Hotel Group (IHG) sebelum diserahterimakan kepada konsumen.
"Proses persetujuan ini sampai enam bulan. Ini untuk memastikan kualitas apartemen sesuai standar mereka, dan tidak ada satu pun yang luput dari perhatian mereka," kata Harry.
Baik Ciputra maupun KG Global Development adalah dua dari segelintir pengembang yang mau mengakomodasi kalangan the haves dengan membangun hunian mewah triliunan rupiah.
Pengembang lainnya adalah Grup Mulialand yang merupakan imperium bisnis milik Djoko Sugiarto Tjandra. Mulialand adalah pemilik The Mulia Bali yang terdiri atas vila, resor dan hotel mewah di Pulau Dewata.
Kemudian Century Properties Group yang kini dimotori Nicholas Tan, cucu dari Tan Kian. Tan Kian merupakan konglomerat yang pernah didapuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia.
Merekalah pemilik Sailendra Apartment di Mega Kuningan Jakarta, South Hills di Jl Denpasar Jakarta, dan juga vila resor di Pulau Bintan.
Berikutnya Plaza Indonesia Realty. Sebelum melantai di Bursa Efek Jakarta, PT Plaza Indonesia Realty Tbk dikenal dengan nama PT Bimantara Eka Santosa.
Nama ini merujuk pada pemilik saham sekaligus pendirinya, yakni PT Bimantara Siti Wisesa, Eka Tjipta Widjaja, dan Ferry Teguh Santosa.
Portofolio apartemen mewah yang mereka miliki adalah Keraton at The Plaza dengan harga jual aktual Rp 150 juta per meter persegi.
Selanjutnya Grup Rajawali yang merupakan salah satu konglomerasi papan atas di Indonesia. Pengendalinya adalah Peter Sondakh.
St Regis di Pulau Dewata itu tercatat sebagai jaringan pertama di Indonesia. Selain hotel, terdapat vila yang dijual kepada publik (saat dikembangkan) seharga mulai dari 700.000 dollar AS (Rp 7,8 miliar) hingga 950.000 dollar AS (Rp 10,6 miliar).
Sementara residennya ditawarkan seharga 1,27 juta dollar AS (Rp 14,2 miliar) sampai 2,3 juta dollar AS (Rp 25,8 miliar).
Ada pun The Residences at The St. Regis Jakarta diklaim merupakan standar baru bagi hunian mewah di Jakarta.
Berlokasi di menara terpisah di samping hotel, apartemen ini terdiri dari 164 unit dengan luas 355 meter persegi hingga 1.250 meter persegi.
Posisi harga per November 2018 sekitar Rp 65 juta per meter persegi di luar PPN dan PPnBM.
Keduanya menggandeng Kerry Group mengembangkan apartemen menara kembar sejangkung 51 lantai, dan 47 lantai.
Menyusul PT Putragaya Wahana yang kini sedang menyelesaikan pembangunan apartemen Le Parc dengan harga jual Rp 75 juta per meter persegi.
Nama lainnya adalah Agung Sedayu Group dengan Langham Residence seharga Rp 98 juta per meter persegi.
https://properti.kompas.com/read/2019/07/19/070000821/para-pengembang-apartemen-mewah-untuk-kalangan-super-kaya