JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak adanya pasokan perkantoran baru di Surabaya sejak 2016, membuat pasokan yang ada saat ini seluas 340.789 meter persegi.
Kendati demikian, ibu kota Jawa Timur tersebut harus bersiap menerima pasokan melimpah ruang perkantoran baru dalam kurun dua tahun ke depan.
Berdasarkan riset Colliers International Indonesia, pada Semester 2-2019 hingga 2021 akan ada 10 gedung perkantoran baru beroperasi dan menambah sekitar 300.000 meter persegi.
Itu artinya, terjadi ekskalasi 88 persen tambahan ruang perkantoran sepanjang periode tersebut.
"Dua tahun ke depan ini ada ruang yang belum diserap dan pertambahan pasokannya cukup signifikan," kata Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto di Jakarta, Rabu (3/7/2019).
Secara umum, pada kuartal II-2019, terjadi peningkatan okupansi 1 persen menjadi 78,1 persen.
Industri finansial seperti perbankan dan asuransi masih mendominasi penyewa yang mengisi ruang perkantoran di kawasan pusat bisnis yang tersebar di Jalan Pemuda, Jalan Basuki Rahmat dan Jalan Panglima Sudirman.
Meski demikian, besarnya pasokan ruang perkantoran harus diantisipasi oleh para pemilik gedung, terutama dalam hal persaingan tarif sewa.
Saat ini, sewa rata-rata tercatat Rp 121.865 per meter persegi atau turun 3,4 persen dibandingkan semester tahun lalu.
"Tingkat okupansi yang relatif stabil sejak 2016 hingga semester pertama 2019 memberikan konsekuensi penurunan 12,5 persen sepanjang periode tersebut," kata Ferry.
Dia memprediksi terjadinya peningkatan tarif sewa rata-rata. Hal ini didorong rampungnya gedung-gedung perkantoran baru dengan kualitas lebih baik dan berada di lokasi primer, sehingga dapat mengatrol tarif sewa rata-rata.
"Perkiraannya tarif sewa untuk gedung-gedung baru ini sekitar Rp 150.000 hingga Rp 200.000 per meter persegi per bulan. Ini berdampak pada peningkatan rata-rata tarif sewa sebesar 2 hingga 2,5 persen secara tahunan," tandasnya.
https://properti.kompas.com/read/2019/07/04/120000221/surabaya-bakal-dibanjiri-pasokan-perkantoran