Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

29 Tahun Tragedi Terowongan Mina, Ini Sejarah Konstruksinya

Saat itu, lebih dari 1.000 jemaah menjadi korban meninggal dunia karena desakan yang terjadi terowongan ini. Dari ribuan korban, lebih dari 600 orang di antaranya merupakan jemaah haji asal Indoensia.

Pemberitaan LA Times, 4 Juli 1990, menyebutkan, Terowongan Mina atau Terowongan Haratul Lisan merupakan jalur pejalan kaki yang membentang di bawah pegunungan.

Struktur penghubung ini dibangun sepanjang 550 meter dengan lebar 18 meter dan berfungsi sebagai jalur khusus bagi para jemaah yang akan melaksanakan lempar jumrah.

Terowongan yang menghubungkan Mekah menuju Mina dan Dataran Arafat ini dibangun dengan dana 15 miliar dollar AS pada tahun 1988.

Tragedi Mina

Harian Kompas, 8 Juli 1990 menuliskan, dalam keadaan diam pun, terowongan ini hanya mampu menampung sekitar 40.000 orang.

Sementara itu, artikel Harian Kompas, 29 Juli 1990 menyebutkan, Komandan Keamanan Haji Pemerintah Arab Saudi saat itu, Mayor Jenderal Abdulkader A. Kamal, mengatakan, daya tampung terowongan sebanyak 26.000 orang.

Adapun, saat peristiwa terjadi, terowongan dipenuhi oleh 50.000 orang.

Hal ini kemudian diperparah dengan matinya kipas angin dan blower di dalam terowongan. Kipas angin yang berfungsi mengalirkan oksigen mati, dan mengakibatkan udara di dalam terowongan pengap.

Akibatnya, para jemaah merasa sesak napas dan kepanasan. Oleh karena itu, mereka yang berada di dalam kemudian panik dan bergegas keluar dari terowongan. Para jemaah datang dari dua arah, berdesak-desakan hingga menarik dan menginjak orang lain.

Insiden ini terjadi tepat di mulut terowongan. Menurut Harian Kompas, 29 Juli 1990, lokasi kejadian sepanjang 30 meter itu terbagi atas 10 meter ujung terowongan dan 20 meter ujung jembatan layang.

Jalanan di lokasi ini memang menurun dan menjadi pertemuan bagi jemaah yang ingin masuk dan keluar dari terowongan.

Banyaknya jumlah peziarah saat kejadian menyebabkan bottleneck atau kemacetan pada ujung terowongan.

Korban jatuh bukan hanya karena insiden berdesakan di dalam terowongan, tetapi juga karena jatuh dari jembatan layang setinggi 10 meter. Seperti diketahui, ujung terowongan menyambung langsung ke jembatan layang.

Tragedi ini menyebabkan 1.426 jemaah meninggal dunia. Sebagian besar korban berasal dari Malaysia, Indonesia, dan Pakistan dan disebut sebagai salah satu tragedi buruk dalam sejarah haji di zaman modern.

Perbaikan terowongan

Setelah insiden tersebut, Pemerintah Arab Saudi kemudian memperbesar, memperluas, dan meninggikan terowongan hingga menjadi 40 meter dengan ventilasi yang besar memanjang di atas.

Selain itu, dilakukan pula penambahan mesin-mesin besar yang tergantung di atas terowongan dan berfungsi sebagai pengisap udara dan memompa oksigen ke dalam terowongan.

Tak hanya itu, pemerintah setempat kemudian membangun tempat pelemparan jumrah di Mina dengan empat jalur lalu lintas. Keempat jalur ini dibangun agar para jemaah tidak saling bertabrakan.

Pembangunannya dilakukan oleh kontraktor BinLaden Corporation. Menurut pimpinan proyek Yahya bin Laden, proyek pembangunan jembatan lima lantai untuk arus lalu lintas jemaah saat melempar jumrah itu menelan biaya sekitar 4,2 miliar riyal atau sekitar 1,2 miliar dollar AS.

Jalan landai dan terowongan tambahan dibangun untuk akses yang lebih mudah.

Tak hanya itu, jalur jembatan juga dilengkapi dengan kanopi besar yang berfungsi menutupi pilar dan jemaah dari panasnya suhu di gurun.

Jalan landai juga dibangun berdekatan dengan pilar untuk mempercepat evakuasi jika terjadi keadaan darurat.

BinLaden Corporation membangun jembatan tanpa kolom di tengahnya.

Tempat pelemparan ula, wusta, dan aqabah jaraknya sangat berdekatan sehingga jembatan dibangun hanya dengan panjang 600 meter dan lebar 90 meter.

Fondasi jembatan baru ini dirancang agar mampu menampung 12 jalur jembatan.

https://properti.kompas.com/read/2019/07/02/130734121/29-tahun-tragedi-terowongan-mina-ini-sejarah-konstruksinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke