CEO CoHive Jason Lee mengatakan, dua tahun lalu atau tepatnya saat CoHive masuk ke Indonesia pada 2017, permintaan co-working space di Tanah Air baru mencapai dua persen dari total pasokan seluruh jenis ruang perkantoran yang ada.
"Hari ini pada 2019 sudah mencapai empat persen dari total pasar perkantoran," kata Jason menjawab Kompas.com, Rabu (20/6/2019) lalu.
"Kalau lihat di New York, permintaan itu sudah 10 persen, London 15 persen. Sehingga ini memiliki potensi yang besar di pasar," imbuhnya.
Menurut dia, kehadiran coworking space menjadi solusi bagi perusahaan rintisan dalam memenuhi kebutuhan ruang perkantoran. Saat ini, setidaknya terdapat 1.705 perusahaan rintisan yang beroperasi di Indonesia.
Jumlah tersebut menempatkan Indonesia berada di posisi empat besar setelah Amerika Serikat (28.794 startup), India (4.713 startup), dan Inggris (2.971 startup), berdasarkan riset Startup Ranking.
Dengan keterbatasan anggaran yang dimiliki, menyewa ruang kerja yang lebih permanen dari penyedia jasa ruang perkantoran tentu dapat menjadi kendala bagi mereka.
Sementara, operator coworking space cenderung memberikan keleluasaan bagi anggota yang hendak menyewa ruang perkantoran.
"Harus ada edukasi intinya terhadap kehadiran coworking space. Apa benefitnya, efisiensi biaya, ruang yang ditawarkan," ucapnya.
Terus berkembang
Berdasarkan riset Savills Indonesia, total coworking space yang ada di Jakarta mencapai 120.000 meter persegi.
Dari jumlah tersebut, 61 persen atau sekitar 73.200 meter persegi berada di kawasan pusat bisnis niaga, dan 39 persen atau sekitar 46.800 meter persegi sisanya berada di luar kawasan CBD.
Berdasarkan catatan Kompas.com, setidaknya terdapat 25 operator co-working space, di antaranya UnionSpace, Konklav, WorkOut, WeWork, Kolega, dan CoHive.
Head of Research and Consultancy Savills Indonesia, Anton Sitorus mengungkapkan, pesatnya pertumbuhan operator didorong sikap agresif mereka dalam menjalin kerja sama untuk membuka ruang-ruang baru.
"Seperti WeWork, yang membuka tiga lokasi baru sepanjang 2018. Atau CoHive yang baru membuka lebih dari sepuluh lokasi baru di dalam portofolionya," ucapnya.
Dalam catatan Kompas.com, CoHive berencana mengekspansi sembilan lokasi baru pada tahun ini. Saat ini, operator tersebut telah mengoperasikan 31 co-working space.
Dengan penambahan tersebut, portofolio perusahaan bertambah menjadi 40 ruang co-working dengan 9.000 anggota aktif.
Anton menambahkan, di tengah kondisi pasar yang kian kompetitif, para pemilik gedung melihat kemitraan yang dikembangkan operator sebagai angin segar. Mereka pun tak segan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan menambah fleksibilitas serta diversifikasi aset.
"Ke depan, kami berharap tren kerja sama terus berlanjut, tetapi tidak mungkin pada kecepatan yang sama dalam dua tahun terakhir. Di samping itu, operator yang masuk kian beragam, seperti Spaces dari Amsterdam yang kini telah menempati lebih dari 2.000 meter persegi ruang di WTC 3," ucapnya.
Co Founder dan CEO Kolega, Rafi R Hiramsyah mengatakan, berkembangan operator coworking space tidak terlepas dari menjamurnya perusahaan startup. Mereka cenderung tidak memerlukan ruang perkantoran yang lega dengan harga selangit, melainkan sesuai dengan kebutuhan dan harga sewa yang ramah kantong.
"Ruang kerja bersama ini semacam market place dalam dunia nyata. Kolega mempertemukan antara satu kepentingan dengan kepentingan lainnya, satu komunitas dengan komunitas lainnya. Tujuannya satu yaitu tumbuh bersama melalui kolaborasi," ucap Rafi, menjawab Kompas.com.
https://properti.kompas.com/read/2019/07/01/133000721/operator-menjamur-pasar-co-working-space-domestik-masih-menjanjikan