JAKARTA, KOMPAS.com - Harga hunian yang terus naik dinilai menjadi salah satu faktor sulitnya generasi milenial memiliki rumah.
Kondisi ini kian dipersulit dengan kegemaran generasi milenial dalam memberli barang konsumtif dan jalan-jalan.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memperkirakan, 81 juta generasi milenial belum memiliki hunian sendiri. Tentunya, jumlah ini merupakan pasar potensial bagi pengembang untuk dibidik.
Untuk menjembatani proses kepemilikan hunian itu, Kementerian PUPR bersama sejumlah pihak tengah menggodok skema kepemilikan hunian bagi milenial.
"Pemerintah sedang mengupayakan penyediaan perumahan bagi seluruh masyarakat Indonesia termasuk generasi milenial melalui Program Satu Juta Rumah (PSR)," ucap Dirjen Penyediaan Perumahan Khalawi Abdul Hamid dalam keterangan tertulis, Senin (24/6/2019).
Dari riset Ditjen Penyediaan Perumahan, ia menambahkan, hunian yang menjadi preferensi generasi milenial adalah apartemen atau hunian sewa yang berada di tengah kota dan terintegrasi moda transportasi publik.
Di samping itu, kemudahan koneksi internet juga turut menjadi faktor pendukung pemilihan lokasi hunian.
Khalawi mengatakan, program hunian milenial yang disiapkan pemerintah akan didorong kepada hunian vertikal atau rumah sederhana subsidi.
Saat ini, ada tiga klaster milenial yang sedang dikaji. Pertama, milenial pemula dengan rentang usia 25-29 tahun, baru bekerja atau sedang mencari pekerjaan dan belum menikah.
Kedua, milenial berkembang berusia 30-35 tahun yang sudah berkeluarga. Terakhir, milenial berusia di atas 35 tahun yang sudah memiliki pekerjaan tetap dan finansial yang kuat.
"Klaster pertama akan disiapkan rumah sewa vertikal yang dekat dengan simpul transportasi. Klaster kedua berupa hunian tipe 36 dengan 2 kamar tidur. Sementara klaster ketiga silakan beli sendiri menyesuaikan dengan selera dan gajinya," pungkas Khalawi.
https://properti.kompas.com/read/2019/06/24/165221621/81-juta-milenial-belum-punya-rumah