Larasati mengisahkan perjalanannya pulang ke kampung halaman di Brebes, kepada Tim Merapah Trans-Jawa 4.0 Kompas.com, Sabtu (1/6/2019) malam.
Menurut dia, mudik tahun ini jauh lebih lancar dibanding tahun-tahun sebelumnya. Warga Kemayoran, Jakarta Pusat, ini mengisahkan, perjalanannya dimulai dari rumah kerabat di Kemayoran pada pukul 18.30 WIB atau setelah menunaikan shalat maghrib.
Tiba di SPBU kawasan Patrol tepat pukul 22.00 WIB. Ini artinya, Larasati dan keluarga membutuhkan waktu sekitar 3,5 jam hingga 4 jam untuk sampai di Indramayu.
Biasanya, kata dia, perjalanan bisa lebih panjang hingga 6 jam. Untuk sampai Brebes sebagai kampung halamannya, waktu tempuh sekitar 8 jam.
"Hari ini lebih cepat, mungkin tiba di Brebes bisa 6 jam," kata Larasati yang bersama rombongan, mengambil tiga kali istirahat.
Dengan menumpang bajaj, dia harus merogoh kocek senilai Rp 200.000 per orang. Sedikit lebih mahal ketimbang naik angkutan umum seperti bus yang hanya mematok tarif Rp 120.000 per orang.
Kegembiraan serupa diungkapkan Suratman, warga Bintaro, Jakarta Selatan, yang berprofesi sebagai pemasok bahan kimia untuk percetakan.
Menurut dia, perjalanan pulang ke kampung halamannya di Purwokerto tahun ini dirasakan lebih santai, nyaman, dan tidak terburu-buru.
"Kami jalani mudik mulai dari rumah hingga rest area ini dengan sebuah kegembiraan," kata Suratman saat ditemui di rest area KM 86 B Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali).
Hanya butuh kocek senilai Rp 300.000 untuk BBM dan tarif Tol Trans-Jawa sekitar Rp 175.000, Suratman bisa sampai di kota tujuan bersama istri dan keempat anaknya.
Angka ini, dalam perhitungan Suratman, lebih irit ketimbang harus naik kereta api atau bus antar kota dan antar provinsi.
"Tiket kereta sudah mencapai Rp 400.000-an, mendekati Lebaran naik lagi. Jadi, kami memutuskan mengendarai mobil sendiri," tambah dia.
Sedangkan Alam bersama enam kerabatnya yang berdomisili di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, melakukan perjalanan mudik selepas shalat Maghrib.
Setelah mencapai tempat istirahat di KM 86 A Jalan Tol Cipali, Alam langsung menggelar tikar untuk menyantap makan malam yang dia bawa dari rumah.
"Tak kebagian tempat di rest area, jadi kami gelar tikar di jalan (bahu jalan)," tambah Alam.
"Kami bisa sampai rumah 24 jam kemudian. Itu kalau kondisi lalu lintas normal. kalau lagi macet, bisa dua hari dua malam," sebut Alam.
Untuk menuju Sragen, Alam harus mengeluarkan dana sekitar Rp 400.000 untuk BBM, dan Rp 380.000 untuk membayar tol.
"One way"
Baik Larasati, Suratman, maupun Alam sepakat, bahwa perjalanan mudik saat ini dilalui tanpa rasa khawatir terjebak macet panjang berjam-jam.
"Mungkin karena ada rekayasa lalu lintas one way ya. Jadi perjalanan lancar-lancar saja," kata Suratman.
"Tak ada kendala, walau banyak kendaraan roda dua, bus, dan juga lampu merah," sebut dia.
Sementara Alam merasakan, kembali menemui kerabat dan handai taulan adalah tujuan utamanya.
"Lebih bersyukur ketika semua berjalan sesuai rencana. Pembangunan infrastruktur memang terasa manfaatnya," tuntas Alam yang diamini Suratman.
Untuk diketahui, rekayasa lalu linats one way diberlakukan pada Kamis (30/5/2019) mulai dari KM 70 Jalan Tol Jakarta-Cikampek hingga KM 263 Brebes Barat di Jalan Tol Pejagan-Pemalang.
https://properti.kompas.com/read/2019/06/02/151025221/kisah-para-pemudik-perjalanan-tahun-ini-lebih-lancar