Meskipun pembangunannya telah dimulai sejak 1978 atau pada era kepemimpinan Presiden Soeharto, berbagai kendala dihadapi, mulai dari proses pembebasan lahan hingga finansial.
Seperti diketahui pada 1997 Indonesia dan beberapa negara lain dihantam krisis multidimensi. Sejumlah jalan tol yang semula telah direncanakan pada 1995-1997 akhirnya ditunda melalui Keputusan Presiden Nomor 39 Tahun 1997.
Hingga kemudian pemerintahan silih berganti mulai dari Presiden Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid hingga Presiden Megawati Soekarnoputri. Pembangunan Tol Trans-Jawa berjalan tertatih-tatih, dan baru terwujud 242 kilometer pada 2004.
Pada 2005, setelah Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) terbentuk pada era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pembangunan jalan tol mulai dikebut. Setidaknya, ada 17 jalan tol yang selesai dalam kurun 10 tahun masa pemerintahan Presiden SBY.
Berikutnya Tol Kertosono-Mojokerto Seksi 1 Bandar-Jombang sepanjang 14,41 kilometer (2014), dan Tol Semarang Solo Seksi 1-2 Semarang-Bawen (2011 dan 2014) sepanjang 22,95 kilometer. Jalan Tol Trans-Jawa yang diselesaikan Presiden SBY yaitu sepanjang 75 kilometer.
Rezim pemerintahan pun berganti. Presiden Jokowi memutuskan untuk merampungkan sejumlah proyek Tol Trans-Jawa yang telah dimulai pembangunannya pada era sebelumnya.
Tahun 2015, misalnya, Tol Gempol-Pandaan sepanjang 12,05 kilometer dan Tol Cikampek-Palimanan atau Cipali sepanjang 116 kilometer diresmikan.
Kehadiran Tol Cipali menjadi salah satu titik penting bagi penghubung Jakarta ke beberapa ruas tol di Jawa Barat, seperti Tol Palimanan-Kanci yang beroperasi sejak 1998, Tol Kanci-Pejagan (2010), dan Tol Pejagan-Pemalang yang diketahui beroperasi secara bertahap.
Pada 2016, mantan Gubernur DKI Jakarta itu merevisi target pembangunan Tol Trans-Jawa. Tak lagi Merak-Surabaya, melainkan sampai Banyuwangi sepanjang 1.150 kilometer.
Pada Juni 2016, Waskita lewat anak usahanya PT Waskita Karya Toll Road berhasil menyelesaikan Seksi 1 dan 2 Tol Pejagan-Pemalang. Kemudian secara bertahap pada 2017 dirampungkan beberapa proyek.
Seperti Tol Mojokerto-Kertosono Seksi 2 dan 3 Jombang-Mojokerto Kota (19,9 kilometer) dan Mojokerto Barat-Mojokerto Utara (5 kilometer), Tol Bawen-Salatiga (17,6 kilometer), serta tiga seksi terakhir Tol Surabaya-Mojokerto sepanjang 36,27 kilometer.
Sementara pada 2018, selain tujuh ruas tol yang diresmikan kemarin, sebelumnya juga Presiden telah membuka Tol Pemalang-Batang Segmen Sewaka-SS Pemalang sepanjang 5,4 kilometer.
Saat ini, jaringan tol yang sudah terhubung antara Merak sampai Probolinggo Timur sepanjang 965 kilometer.
Sedangkan ruas tol terakhir Trans Jawa dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yakni Jalan Tol Probolinggo-Banyuwangi ditargetkan beroperasi seluruhnya pada 2025 mendatang.
Sebagaimana dikatakan Direktur Utama PT Jasamarga Probolinggo Banyuwangi Dominicus Hari Pratama kepada Tim Merapah Trans Jawa 4 Kompas.com, Selasa (28/5/2019).
Menurut Hari, jika tidak ada kendala berarti termasuk masalah pembebasan lahan, proses konstruksi jalan tol yang dirancang sepanjang 172,90 kilometer ini akan berjalan mulus.
"Kami bersinergi dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) setempat, dan beberapa instansi lainnya, supaya proses pembebasan lahan dan kemudian pembangunan berjalan lancar. Sekitar 2025 sudah beroperasi," tutur Hari.
Dia memerinci, Tol Probowangi akan dibagi ke dalam tiga Seksi. Seksi I Probowangi sepanjang 31,2 kilometer yang mencakup dua simpang susun yakni SS Kraksaan dan SS Paiton.
Pengukuran tanah untuk Seksi I sudah selesai dilaksanakan, tinggal eksekusi pembebasan lahan yang diserahkan kepada Kantor Wilayah BPN Probolinggo.
Akhir 2019 diharapkan pembebasan lahan selesai dilakukan untuk kemudian konstruksi fisik jalan tol dimulai paling lambat awal 2020.
"Tapi karena ruasnya paling panjang, mungkin konstruksinya pertengahan 2020 mendatang," sambung Hari.
Terakhir Seksi III Probowangi sepanjang 31,8 kilometer dengan SS Ketapang.
Pantai dan Pegunungan
Dengan demikian, Tol Probowangi sejatinya menghubungkan tiga kota/kabupaten yakni Probolinggo, Situbondo, dan Banyuwangi.
Terdapat 8 rest area atau tempat istirahat Tipe A di sepanjang jalan tol ini dengan masing-masing empat di kedua jalur A dan B. Selain itu, pengelola juga akan menambah rest area Tipe B.
Kata Hari, ruas tol dengan nilai investasi Rp 23,3 triliun dengan masa konsesi 35 tahun ini diapit pegunungan dan pantai.
"Ada beberapa titik yang punya pemandangan lengkap seperti di Seksi Situbondo, dan Banyuwangi," sambung dia.
Posisinya yang berada di ujung timur Pulau Jawa menjadi sangat strategis sebagai gerbang distribusi logistik, barang, jasa, dan manusia dari timur ke barat.
Hari memperkirakan, jika kelak tol ini beroperasi, perjalanan dari Merak hingga Banyuwangi bisa mencapai 15 jam.
"Ini perhitungan efektif," imbuh Hari.
https://properti.kompas.com/read/2019/05/28/111812321/2025-merak-banyuwangi-sempurna-tersambung-tol-trans-jawa