JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) Desi Arryani mengaku, para pengusaha yang telah sepakat memberikan diskon tarif saat Lebaran 2019 tak meminta kompensasi apapun.
Menurut dia, dengan diskon sekali pun, badan usaha jalan tol (BUJT) masih bisa memperoleh keuntungan lantaran volume pengguna jalan berbayar meningkat saat mudik dan balik.
"Sebenarnya hitung-hitungannya mudah sekali yaitu volume dikali tarif. Karena volumenya yang begitu besar, tarifnya kita kurangi sedikit. Jadi kami tidak akan menuntut tambahan kepada pemerintah karena ini inisiatif pengusaha," kata Desi menjawab Kompas.com, Jumat (24/5/2019).
Ia menuturkan, diperkirakan 1,4 juta warga akan meninggalkan Jakarta pada saat lebaran. Meski memberikan diskon, BUJT masih memperoleh keuntungan lantaran diskon diberikan bukan pada saat puncak arus mudik dan balik.
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) memperkirakan puncak arus mudik terjadi pada 29 dan 30 Mei 2019. Sedangkan puncak arus balik terjadi pada 8-9 Juni.
Sedangkan, diskon tarif sebesar 15 persen akan diberikan kepada pemudik pada 27, 28, dan 29 Mei saat arus mudik dan 10, 11, dan 12 Juni saat arus balik.
Sementara itu, Bendahara ATI Ramdani Basri menuturkan, kesuksesan bisnis jalan tol terletak pada konektivitas.
Semakin banyak jalan tol yang terkoneksi satu dengan yang lain, maka minat masyarakat untuk menggunakan tol pun kian tinggi.
"Jadi kami berharap dengan bulan lebaran ini akan ada volume yang sangat besar. Sehingga kalau kita hitung secara keuangan, misalnya, ada penurunan tapi ada peningkatan volume," ucap pria yang juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Nusantara Infrastruktur itu.
https://properti.kompas.com/read/2019/05/24/180000721/pangkas-tarif-saat-lebaran-pengelola-tol-tak-minta-kompensasi