JAKARTA, KOMPAS.com- Kesuksesan film fiksi Avatar yang dirilis pada 2009 lalu, mendorong Walt Disney Co menghadirkan film tersebut ke salah satu taman tematik mereka pada Mei 2017 lalu.
Namun, tahukah Anda bahwa di taman tematik yang dibuka di Walt Disney World Florida, Amerika Serikat, itu dipenuhi karya kreasi perusahaan Indonesia?
Adalah Viro, perusahaan pemasok material eco faux yang dapat diolah menjadi sejumlah barang jadi seperti atap rumbia, instalasi patung (totem), hingga keranjang etnik.
Viro merupakan merek dagang yang dikembangkan PT Polymindo Permata, adalah perusahaan asli Indonesia.
Di Amerika Serikat sendiri, Viro memiliki tiga distributor resmi yang sengaja dibangun untuk memenuhi pasokan kawasan East Coast dan West Coast.
Executive Vice President PT Polymindo Permata Johan Yang menilai, masuknya Viro ke Walt Disney merupakan sebuah pengakuan dunia internasional kepada Indonesia, bahwa ternyata negara ini mampu bersaing dengan negara lain di sektor kerajinan.
"Saya pernah dikasih tahu Disney bahwa setiap tahun ada 12 juta orang yang menikmati theme park ini (Avatar). Jadi 12 juta orang ini sebenarnya melihat budaya dan craftsmanship Indonesia di wahana kelas dunia seperti ini," ucap Johan kepada Kompas.com di Jakarta, Kamis (2/5/2019).
Ia mengungkapkan, hampir semua ornamen yang digunakan di taman tematik seluas 5 hektar tersebut merupakan barang impor yang berasal dari Indonesia. Termasuk segala macam anyaman dan totam-totam raksasa.
Terdapat empat bangunan utama yang dilengkapi wahana permainan semacam river journey, banshee yang terbang dengan menggunakan VR (virtual realty), kafetaria dan gift shop.
"Sebenarnya ada kemiripannya dengan Papua, itu mulai dari penganyaman, material production seluruhnya dilakukan Viro," kata Johan.
Seleksi ketat
Menurut Johan, bukan perkara mudah untuk dapat menembus pasar Amerika, terutama Disney.
Ada serangkaian uji ketangguhan yang dilakukan untuk memastikan setiap material yang digunakan pada ornamen aman.
Eco faux yang menjadi material utama pembuatan ornamen, sebut Johan, memiliki bahan dasar berupa kombinasi non-natural high-density polyethylene (HDPE) dengan bahan natural dan mineral alami.
Selain diklaim dapat bertahan hingga 20 tahun, material tersebut juga dinilai cukup tahan api. Bahkan, sekalipun terjadi kebakaran terhadap ornamen, asap yang timbul dari diklaim tidak mengandung zat berbahaya.
Hal tersebut, telah dipastikan Disney yang pada saat melakukan tes material bekerja sama dengan tim Boeing Specification Support (BSS).
"Itu sebenarnya tes untuk pesawat. Jadi ibaratnya, kalau pesawat itu kan tabung tertutup, kalau terbakar kan sangat membahayakan," sebut Johan.
Selain tahan api, dalam tes tersebut ornamen seperti atap rumbia juga harus melewati wind up lift atau tes ketahanan angin hingga kecepatan 160 kilometer per jam, hingga tes ketahanan material di area luar.
Kemampuan mumpuni yang dimiliki eco faux tidak terlepas dari penggunaan standar produksi yang mengacu pada standar material yang diterapkan di Amerika Serikat.
Diminati mancanegara
Tak heran bila akhirnya produk jadi eco faux banyak diminati oleh pasar hotel dan wisata leisure mancanegara.
Pada 2018 saja, nilai ekspor Viro hampir mencapai 50 juta dollar AS atau setara Rp 712 miliar. Pendapatan tersebut 50-60 persen dari total pendapatan yang dihasilkan perusahaan sepanjang tahun.
Tahun ini, Viro menargetkan kenaikan pendapatan 40 persen secara keseluruhan, baik untuk penghasilan ekspor maupun penjualan domestik.
Sejumlah strategi dilakukan, terutama untuk memperluas pasar mancanegara yang cukup potensial. Saat ini, produk Viro telah dipasarkan di China, Fiji, Maldives hingga Eropa barat.
Menurut Johan, negara-negara di sepanjang garis khatulistiwa merupakan salah satu pasar potensial untuk digarap.
Hal itu disebabkan negara-negara ini memiliki iklim tropis, yang cocok dikembangkan untuk resor yang mengadopsi tema ini.
"Tahun ini kami menyasar timur tengah di Dubai, Arab Saudi, dan Kuwait," sambung Johan.
Selain itu, dalam waktu dekat, Viro juga akan menggarap proyek taman tematik baru yang hampir mirip dengan taman Avatar di Disney World. Namun, ia masih merahasiakan proyek tersebut.
https://properti.kompas.com/read/2019/05/03/143313821/12-juta-orang-nikmati-kreasi-indonesia-di-taman-avatar-per-tahun