Dari jumlah tersebut, sebanyak 54 persen proyek ritel merupakan kelas upper, sedangkan sebanyak 46 persen merupakan kelas middle-up.
Lebih lanjut, konsentrasi penambahan ruang ritel berada di Jakarta Selatan dengan persentase 44 persen. Sementara Jakarta Pusat dan Jakarta Barat dengan porsi 28 persen dan 20 persen.
Sebaliknya, selama tahun 2019 hingga 2021, Savills memperkirakan tidak ada penambahan ruang ritel di wilayah Jakarta Timur. Hal tersebut, menurut Savills, membuat kawasan ini menjadi sedikit kurang menarik.
Proyeksi 2019-2021
Beberapa proyek yang ditunda peluncurannya pada 2018 diperkirakan akan segera dibuka pada paruh pertama tahun ini.
Sehingga proyeksi penambahan pasokan pada 2019 mencapai 105.810 meter persegi pada 2019.
Penambahan terutama terjadi di kelas upper sebesar 54.287 meter persegi dan middle-up seluas 51.523 meter persegi.
Pada tahun ini, Savills memproyeksikan penambahan ruang ritel terutama berada di wilayah Jakarta Selatan dengan luas 45.710 meter persegi, lalu disusul Jakarta Barat seluas 38.300 meter persegi, serta Jakarta Pusat sebesar 21.800 meter persegi.
Kemudian pada 2020 Savills memprediksi pertumbuhan ruang ritel seluas 164.276 meter persegi, khususnya di kelas upper sebesar 119.000 meter persegi dan middle-up seluas 45.276 meter persegi.
"Penambahan ruang ritel terutama akan terjadi di kawasan Jakarta Selatan dengan total seluas 97.000 meter persegi dan Jakarta Pusat seluas 67.276 meter persegi," ungkap Research Director Savills Indonesia Anton Sitorus dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Minggu (31/3/2019).
Sedangkan pada 2021 pasokan ruang ritel diproyeksikan akan bertambah seluas 51.000 meter persegi khususnya di segmen middle-up.
Pasokan luas ruang ritel ini terutama berada di Jakarta Utara dan Jakarta Barat dengan luas masing-masing 25.000 dan 26.000 meter persegi.
https://properti.kompas.com/read/2019/04/01/173000121/hingga-2021-stok-pusat-belanja-bertambah-320000-meter-persegi