Sejauh ini, tingkat kekosongan tertinggi ada di segmen middle-up dengan persentase 19,7 persen pada 2018.
Sementara tingkat kekosongan segmen high-end meningkat dari 6,4 persen menjadi 9 persen. Sedangkan kelas middle-low dan upper masing-masing sebesar 8 persen dan 6,6 persen.
"Seiring dengan tingkat kekosongan yang meningkat dan ekonomi yang cenderung melemah, rerata harga sewa ruang ritel juga surut," ujar Research Director Savills Indonesia Anton Sitorus dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Minggu (31/3/2019).
Tercatat, selama Semester II-2018 harga sewa ruang ritel sebesar Rp 349.774 per meter persegi per bulan untuk seluruh segmen.
Angka ini menurun 1,7 persen yoy dibanding periode sama pada 2017 yang mencapai Rp 355.923 per meter persegi per bulan.
Per segmen, harga sewa untuk kelas high-end mencapai Rp 787.857 per meter persegi per bulan.
Sementara harga sewa untuk segmen upper mencapai Rp 502.222 per meter persegi per bulan, segmen middle-up Rp 292.136 per meter persegi per bulan, dan segmen middle-low Rp 213.333 per meter persegi per bulan.
Pelanggan saat ini, mengharapkan pusat perbelanjaan dapat mengakomodasi gaya hidup mereka.
Maka tak mengherankan jika banyak penyewa yang menawarkan hiburan serta food and beverage (f&b) mulai berkembang di pusat perbelanjaan.
Savills juga memprediksi, peritel daring akan mengikuti jejak tren saat ini di mana mereka juga akan segera membuka toko fisik di pusat perbelanjaan.
Selain itu, beberapa merek papan atas akan mengaplikasikan penggunaan teknologi dalam tokonya, seperti penggunaan virtual reality (VR) untuk presentasi, teknologi smart mirror, dan pembayaran elektronik.
Bahkan tren co-working space pun kini muncul sebagai penyewa baru seiring dengan peritel lain yang mengenalkan pengalaman baru di dalam mal.
https://properti.kompas.com/read/2019/04/01/165942621/tingkat-kekosongan-pusat-belanja-di-jakarta-meningkat