JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono ingin penanganan kerusakan di Sungai Citarum melalui program Citarum Harum dapat diimplementasikan di Danau Rawa Pening, Jawa Tengah.
Menurut dia, persoalan yang terjadi di dua lokasi ini dapat benar-benar diselesaikan bila ada koordinasi maksimal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah beserta stakeholder terkait.
"Kami ingin mengimitasi Citarum Hulu di Rawa Pening. Komandonya di gubernur. Nanti ada kapolda dalam penegakkan hukum, Kementerian LHK untuk support," kata Basuki di Jakarta, Selasa (26/3/2019).
Ia menilai, persoalan yang terjadi di Rawa Pening sebenarnya tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di Sungai Citarum.
Misalnya, tingkat sedimentasi yang tinggi menyebabkan debit volume air menurun. Dalam 22 tahun setidaknya terjadi penurunan volume air mencapai 29,34 persen dan diperkirakan pada 2021 penuh dengan sedimen.
Selain itu, juga terjadi peningkatan kegiatan perikanan dari semula 2,21 hektar menjadi 3,78 hektar.
Persoalan lain yang terjadi yaitu adanya pertanian pasang surut di area seluas 1.030 hektar dan blooming enceng gondok.
"Saya sudah tempatkan institusi khusus untuk menangani Rawa Pening. Saya sudah tangani Bukit Cinta, jadi pengembangannya sudah banyak sekali. Mudah-mudahan Rawa Pening menjadi sehat kembali," tutur Basuki.
Dalam rapat koordinasi pemulihan danau yang diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, juga diambil kesepahaman untuk segera memulihkan kondisi Danau Rawa Pening.
Misalnya, penyusunan rencana detail tata ruang dan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang kawasan Rawa Pening dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Tuntang yang berwawasan lingkungan dan pengurangan risiko bencana serta sertifikasi badan air danau tersebut.
Di samping itu juga akan dilakukan penataan kawasan, usaha mikro kecil dan menengah berbasis komunitas dan ekonomi lokal.
Basuki menekankan, pentingnya koordinasi antar-instansi dalam pemulihan kondisi danau yang sudah mengalami kerusakan.
Hal ini untuk mengoptimalkan hasil yang diharapkan, sehingga kondisi danau dapat kembali seperti sedia kala.
"Danau itu kalau tidak diapa-apakan akan mati sendiri. Apa yang kita lakukan hanya memperpanjang umur danau," kata Basuki.
Penanganan Citarum Harum
Sebagai informasi, untuk menangani persoalan yang terjadi di Sungai Citarum, Presiden Joko Widodo sebelumnya telah menerbitkan Perpres 15 tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum atau dikenal Program Citarum Harum.
Dalam Program Citarum Harum telah disepakati rencana aksi yang mengatur pembagian tanggung jawab kementerian/lembaga, pemerintah daerah dan stakeholder lainnya.
Sejauh ini, dukungan yang diberikan Kementerian PUPR dalam program tersebut berupa pengelolaan sumber daya air, pengelolaan limbah cair dan padat di sepanjang sungai dan permukiman kembali masyarakat yang tinggal di bantaran maupun kawasan rawan bencana banjir.
Tugas tersebut selanjutnya diimplementasikan dengan berbagai pembangunan infrastruktur.
Dalam pengelolaan Sungai Citarum, saat ini tengah dikerjakan sejumlah kegiatan penanganan banjir, antara lain Pembangunan Terowongan Nanjung (Curug Jompong), dan Kolam Retensi Cieunteung Dayeuh Kolot.
Kemudian Embung Gedebage, Floodway sungai Ciantig – Citepus sebagai bagian dari pengananan banjir di kawasan Pasteur - Kota Bandung, dan pembangunan floodway sungai Cisangkuy.
Selanjutnya dilakukan peningkatan kapasitas Sungai Citarum Hulu dan normalisasi sejumlah sungai yakni 4 anak Sungai Citarum (Sungai Cikijing, Cikeruh, Cimande, dan Citarum Hulu), Sungai Citepus, Sungai Cinambo, Sungai Cilember, Sungai Cibeureum.
Selain itu pembangunan 266 buah checkdam sebagai pengendali sedimen, dimana hingga kini sudah terbangun 146 buah check dam.
https://properti.kompas.com/read/2019/03/27/151950721/basuki-ingin-program-citarum-harum-diterapkan-juga-di-rawa-pening