Dari pintu depan hanya terlihat bangunan setinggi dua lantai. Namun jika menengok ke dalam, Anda akan disuguhi pemandangan menakjubkan.
Ini karena 16 dari 18 lantai hotel berada di bawah permukaan tanah atau tepatnya di lubang bekas pertambangan.
Hotel ini berada di lahan seluas lebih dari 5.600 meter persegi dan dilengkapi dengan 336 kamar.
Hotel yang dibuka pada November 2018 itu dirancang oleh firma arsitektur asal Inggris, Atkins. Firma ini berada di balilk pembangunan Burj Al Arab Hotel di Dubai.
Pembangunannya membutuhkan lebih dari 5.000 pekerja selama masa konstruksi hingga 12 tahun.
"Mengapa kami mengatakan tidak ada yang dapat dibandingkan dengan proyek hotel ini? Karena ini proyek yang benar-benar baru, belum pernah ada yang melakukan sebelumnya," kata Kepala Insinyur Shimao Property yang membangun InterContinental Shanghai Wonderland, Xiaoxing, dikutip dari Straitstimes.
Sebelumnya lokasi tambang yang berada di pinggiran Shanghai tersebut beroperasi pada 1950-an dan telah ditinggalkan sejak saat itu.
Ide untuk mengembangkan area bekas tambang ini memang luar biasa. Namun, di balik proyek menakjubkan ini terselip cerita unik tentang ide dan proses konstruksinya.
Arsitek dari JADE+QA yang bekerja untuk Atkins, Martin Jochman, menyebutkan, konsep hotel ini terinspirasi dari lingkungan itu sendiri.
"Situs itu benar-benar bekas luka di permukaan bumi," kata Jochman, seperti dikutip dari Architectural Digest.
Selain itu, pihaknya juga tidak diberikan batasan khusus dalam mengembangkan konsep hotel.
"Awalnya kami sama sekali tidak diberi batasan, brief yang diberikan hanya bagaimana menggunakan tambang sebaik mungkin," ungkap Jochman.
"Kami menunjukkan cara mengubah situs yang sulit dan tidak biasa sehingga tidak ada yang tahu apa yang akan dilakukan, menjadi tempat yang berguna lagi atau merevitalisasi dengan kehidupan baru," lanjutnya.
Jochman kemudian memutuskan menyaring elemen-elemen ini ke dalam desainnya. Tebing pada lubang tambang digunakan untuk menempatkan tubuh bangunan hotel.
Sementara di tengah bangunan terdapat lift dengan desain yang menggambarkan bentuk air terjun di tengah tebing.
"Keberlanjutan adalah bagian penting dari keseluruhan proses desain," kata Jochman.
Keberlanjutan ini diterapkan dalam desain, misalnya lokasi hotel yang berada di dalam situs tambang bukan tanpa alasan.
Menurut Jochman, lokasi ini dipilih karena memiliki sinar matahari paling terang, bukan hanya untuk kamar tamu, melainkan juga untuk panel surya hotel.
Selain itu, lokasi tebing juga mampu memberikan pendinginan alami kala musim panas sekaligus mengisolasi hotel saat musim dingin.
Namun, proses pembangunan hotel juga memiliki kendala tersendiri.
Karena lokasinya yang berada di dalam tambang, kontraktor pembangunan harus menggunakan metode lain untuk membawa material bangunan ke dasar lubang.
Oleh karena itu, tim akhirnya mematenkan lebih dari 41 metode rekayasa berbeda selama pembangunan.
Hal inilah yang menjadi salah satu faktor pembangunan hotel menghabiskan waktu lama.
"Bangunan ini telah menjadi tengara. Namun, tengara ini bukanlah sesuatu yang menonjol, melainkan sesuatu yang cocok," kata Jochman.
https://properti.kompas.com/read/2019/03/13/070000521/menakjubkan-hotel-ini-dibangun-dengan-melibatkan-5000-pekerja