Penggabungan ini diputuskan dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan masing-masing perusahaan.
Ketiga BUMN yang dimaksud yaitu PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT Waskita Karya (Persero) Tbk, dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
Ketiganya melepaskan saham Seri B milik negara sebagai penyertaan modal kepada PT Hutama Karya (Persero), yang menjadi induk usaha pada holding tersebut.
Dengan pelepasan saham ini, status ketiga perseroan itu berubah menjadi non-persero sebagaimana diatur pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 72 tahun 2016 perihal perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas.
Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius Kiik Ro mengatakan, pembentukan holding ini justru semakin menguntungkan perusahaan. Pasalnya dari sisi keuangan, holding bakal memiliki konstruksi keuangan yang lebih kuat.
"Dengan bergabungnya ini, kita berharap akan menjadi lebih besar, lebih kuat, dan lebih lincah. Dan kita fokus. Jadi masing-masing akan fokus," ungkap Aloy di Jakarta, Jumat.
Meski begitu, realisasi pembentukan holding tersebut masih akan menunggu peraturan pemerintah (PP) yang kini tengah dibahas.
"Ini masih pemberesan PP di Sekretariat Negara (Setneg). Enggak tahu (selesainya kapan), lebih cepat lebih baik," cetus Aloysius.
Ia optimistis, holding yang bakal terbentuk akan memiliki kemampuan untuk menggarap proyek-proyek infrastruktur dengan skala jauh lebih besar.
"Oh iya yakin, orang makin gede kok modalnya, semua makin gede," kata dia.
Terkait modal yang kian besar juga diamini oleh Direktur Pengelolaan Dukungan Pemerintahan dan Pembiayaan Infrastruktur Kementerian Keuangan Freddy Rickson.
Menurut dia, pembentukan holding tersebut merupakan langkah tepat untuk leverage asset dan dan pinjaman serta pengelolaan keuangan. Dengan semakin banyak perusahaan yang bergabung, aset yang dimiliki holding tersebut kian besar.
"Melalui holding pengelolaan pembiayaan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, hingga penyempurnaannya akan jauh lebih fokus sehingga efisiensi dipastikan dapat diperoleh," kata Freddy kepada Kompas.com, Senin (4/2/2019).
Untuk diketahui, berdasarkan laporan keuangan terakhir per 30 September 2018, Waskita Karya memiliki total aset senilai lebih dari Rp 129,2 triliun.
Kemudian, Adhi Karya mempunyai aset keseluruhan berjumlah sekitar Rp 28,3 triliun. Adapun total aset Jasa Marga yaitu lebih kurang Rp 75,5 triliun.
Dengan demikian, nilai total aset ketiga perseroan tersebut yakni sekitar Rp 233 triliun.
Siap garap proyek
Secara terpisah, Direktur Keuangan PT Adhi Karya Enthus Asnawi mengatakan, dengan pembentukan holding ini tak hanya berdampak pada kemampuan finansial perusahaan yang kian menguat, tetapi juga porsi pekerjaan yang didapatkan pun semakin banyak.
Seperti diketahui, saat ini Hutama Karya tengah ditugaskan pemerintah untuk menggarap proyek tol Trans-Sumatera.
Adhi Karya sendiri telah berkongsi dengan Hutama Karya sebelumnya dalam mengerjakan proyek Tol Sigli-Banda Aceh. Selain proyek tersebut, ada beberapa ruas yang menurut dia menarik untuk dikerjakan.
"Kalau yang di tengah ada dari Medan-Pekanbaru ke beberapa tempat-tempat. Itu juga sudah ada Wika, PP, yang kerjakan," ucapnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Jasa Marga Desi Arryani memastikan, pihaknya akan tetap menjaga kinerja perusahaan meski telah bergabung ke dalam holding. Baik itu dari sisi pembangunan proyek, operasionalisasi jalan tol, maupun kinerja keuangan.
"Kami gak ada masalah, tetep jalan aja," kata Desi.
Ia menambahkan, pembentukan holding tersebut tidak akan mengganggu aktivitas korporasi. Ia menegaskan, seluruh ruas tol yang kini tengah dikerjakan Jasa Marga akan rampung sesuai dengan target yang telah direncanakan sebelumnya.
"Selain itu, kami juga akan melakukan berbagai rekayasa lalu lintas untuk perbaiki kinerja operation untuk kurangi kemacetan, IT juga diperbaiki terus," tuntas Desi.
https://properti.kompas.com/read/2019/02/05/144827721/holding-bumn-infrastruktur-siap-garap-proyek-baru