Jenazah Eka Tjipta disemayamkan di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.
"Iya betul Pak Eka meninggal dunia," kata Managing Director PT Sinarmas Land Dhonie Rahajoe dalam pesan singkat kepada Kompas.com, Sabtu (25/1/2019) malam.
Eka Tjipta dikenal sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia. Majalah Globe Asia menulis, kekayaannya pada 2018 mencapai 13,9 miliar dolar AS.
Dengan angka tersebut, ia dinobatkan sebagai orang terkaya kedua versi majalah itu. Meski dikenal sebagai salah satu taipan properti, namun gurita bisnis Eka Tjipta tak hanya urusan perumahan, ruko, dan pusat belanja.
Dilansir dari Kompas.id, Eka Tjipta merupakan seorang imigran asal China. Tahun 1932, setelah menempuh perjalanan selama tujuh malam dari kampung halamannya, akhirnya ia tiba di Makassar, Sulawesi Selatan.
Eka pun langsung bekerja di toko kecil milik ayahnya yang sudah tiba lebih dulu di kota tersebut.
Perjalanan bisnisnya dimulai sejak usia 15 tahun. Saat itu ia sudah mulai berdagang sendiri di Makassar.
Pada 1968, ia memulai usaha kopra pertamanya yang diberi nama Bitung Manado Oli, Ltd.
Empat tahun kemudian, Eka memulai bisnis lain dengan membuat pabrik Tjiwi Kimia yang kemudian bertransformasi menjadi pabrik kertas Sinarmas.
Pada tahun yang sama, ia memulai usaha properti melalui perusahaan bernama PT Duta Pertiwi.
Seiring berjalannya waktu, Eka terus mengembangkan usahanya, mulai dari sektor perbankan melalui Bank Sinarmas, telekomunikasi dengan PT Smart Telecom, hingga pabrik kertas Asia Pulp & Paper.
Dalam sebuah wawancara khusus dengan Harian Kompas pada 1995, Eka membagikan salah satu strateginya dalam berbisnis yakni belajar mengendalikan uang.
Misalnya, ketika memperoleh laba Rp 100, jangan berbelanja Rp 90.
"Wah, itu cilaka betul," kata Eka.
https://properti.kompas.com/read/2019/01/27/093800321/gurita-bisnis-sang-taipan-eka-tjipta-widjaja-i