Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Banyak Aplikasi "Streaming", Pebisnis Bioskop Tak Khawatir

Beberapa aplikasi yang kian populer tersebut antara lain Viu, Hooq, Netflix, dan Iflix.

Meski bersaing, para pelaku bisnis bioskop relatif tak terlalu khawatir bila dibandingkan pebisnis ritel lainnya yang terguncang kehadiran online shopping.

"Kami menariknya begini, kalau dilihat data tiga tahun belakangan ritel kan kena. Jadi orang spending  power-nya enggak kuat. Tapi yang menarik di industri entertainment, growth-nya kelihatan," tutur Head of Sales and Marketing CJ CGV Cinemas, Manael Sudarman, kepada Kompas.com, Rabu (16/1/2019).

Dengan 2,5 juta member aktif yang dimiliki, Manael mengaku, penjualan tiket pada 2017 lalu mencapai 50 persen.

Pencapaian ini tidak terlepas dari semakin membaiknya kualitas film dalam negeri, sehingga jumlah penonton pun mengalami peningkatan cukup signifikan.

Persentase pertumbuhan yang sama, juga tercatat pada tahun 2018. Terdapat lebih dari 15 film lokal yang ditonton lebih dari 1 juta penonton saat itu.

"2015 lalu itu film Indonesia yang tembus 1 juta itu hanya 2-3. Lalu dalam setahun 2016 itu ada 10 film Indonesia tembus 1 juta. Artinya ada kenaikan kualitas," kata Manael.

Dia menambahkan, salah satu keunggulan bioskop yang tidak dimiliki aplikasi nonton streaming yaitu kecepatan distribusi konten. Umumnya, film-film yang diputar di aplikasi streaming baru muncul setelah tayang di bioskop.

Ia menyebut, 60 persen dari total member CGV datang untuk menonton berdua. Mereka ini umumnya adalah kelompok milenial yang berusia antara 20-29 tahun.

"Jadi kalau kita bandingkan dengan Netflix atau platform nonton streaming lain yang ada, beda. Mereka nonton bioskop bukan hanya untuk nonton, tapi bisa berdua, untuk makannya, untuk haha hihinya, jadi beda," tutur Manael.

Sementara itu, Corporate Communication Cinema 21 Catherine Keng mengakui bahwa kehadiran platform s treaming cukup memberikan pengaruh pada industri bioskop.

Belum lagi saat ini pemerintah telah membuka keran investasi bagi pemain asing yang ingin membuka industri yang sama di dalam negeri.

Namun, dengan persaingan ini masyarakat sebenarnya memiliki cukup banyak pilihan untuk menikmati film yang diinginkan.

“Kami berusaha memberikan yang terbaik untuk memenangkan kompetisi dengan platform streaming ini dan masyarakat yang akan memilih,” kata Catherine lewat pesan singkat, Kamis (17/1/2019).

Ia menambahkan, saat ini Sinema 21 telah memiliki 1.045 layar yang tersebar di 184 lokasi. Pada tahun ini, perusahaan berencana untuk ekspansi dengan menambah jumlah layar di beberapa lokasi.

Meski belum dapat dipastikan lokasi pengembangan tersebut, namun Catherine menyebut, anggaran yang disiapkan mencapai Rp 1 triliun yang sumbernya berasal dari pendanaan internal dan perbankan.

“Belum ada angka pasti jumlah layar yang akan kami buka pada tahun 2019 ini. Target kami sekitar 150-250 layar baru, namun kembali lagi kepada ketersediaan dan kesiapan lokasi,” tandasnya.

https://properti.kompas.com/read/2019/01/17/113646121/banyak-aplikasi-streaming-pebisnis-bioskop-tak-khawatir

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke