Menurut Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Bernardus Djonoputro, hal ini tak terlepas dari perencanaan maupun pembiayaan untuk infrastruktur air limbah yang masih sangat minim.
Padahal, waste dan waste water management merupakan aspek penting dalam penataan kota agar nyaman ditinggali oleh semua warganya.
Sejatinya, bentuk pengelolaan air limbah sangat beragam. Ada yang dikelola oleh perusahaan yang terpisah seperti di Banjarmasin dan DKI Jakarta.
Ada pula yang menjadi satu dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) seperti di Kota Bandung dan Balikpapan. Selain itu, pengaturan limbah di Indonesia mayoritas juga masih dikelola oleh dinas.
"Selain Jakarta, sebagian besar kota utama di Indonesia seperti Bandung, Semarang, Medan, Yogyakarta, Makassar, tidak memperlihatkan kemajuan yang berarti dalam pengelolaan limbah sejak peninggalan zaman Belanda, malahan infrastruktur lama dirusak," ujar Bernardus kepada Kompas.com, Minggu (6/1/20219).
Menurut Vice President Eastern Region Organization for Planning and Human Settlement (EAROPH) itu, masih banyak kota yang menganggap waste water management bukan merupakan isu prioritas.
Bernardus menjelaskan, IAP melalui IAP Most Liveable City Index 2017 melakukan survey persepsi warga di 26 kota.
Hasilnya, 40 persen warga merasa kotanya belum nyaman untuk ditinggali. Beberapa alasan utamanya adalah kualitas pengelolaan air limbah, drainase, masalah pejalan kaki, dan lain sebagainya.
"Hasil survey MLCI ini bisa menjadi dasar panduan bagi pemerintah untuk menentukan prioritas pembangunan," pungkas Bernardus.
https://properti.kompas.com/read/2019/01/07/180000521/kali-item-berbusa-potret-terbelakangnya-manajemen-limbah-jakarta