JAKARTA, KOMPAS.com - Perencanaan kota sesuai karakter diperlukan agar pengembangan wilayah tidak keluar dari karakater yang ditentukan.
Namun, tidak sedikit kota di Indonesia yang justru tidak memiliki karakter dalam pembangunannya. Terutama, kota-kota yang sifatnya artifisial atau buatan.
Wali Kota Bogor Bima Arya mengungkapkan hal itu saat diskusi bertajuk 'Who Build Cities' di Jakarta, Selasa (4/12/2018). Menurut dia, banyak kota yang dibangun tanpa memiliki landasan karakteristik.
"Kota di Indonesia cenderung tidak memiliki karakteristik yang kuat. Kecuali beberapa kota, seperti Malang, Surabaya, Bandung, Yogyakarta," kata Bima.
Bima menjelaskan, kota artifisial yang dimaksud adalah sebuah kawasan yang semula dijadikan sebagai wilayah pengembangan pemukiman skala besar oleh pengembang.
Untuk mendukung fasilitas umum penghuninanya, pengembang kemudian membangun ruko, jalan serta berbagai fasilitas umum lainnya.
Namun, apa yang mereka lakukan, seringkali justru tidak memiliki karakteristik yang kuat. Bima pun enggan mencontohkan kota yang dimaksud di dalam negeri.
Di luar negeri, ia mencontohkan Canbera, Australia, yang menjadi titik temu persaingan antara orang-orang Melbourne dan Sidney untuk menjadi ibu kota negara.
"Diciptakanlah kota artififial yang namanya Canbera, disayembarakan. Tapi kemudian tidak ada ruhnya, tidak ada passion-nya, di situ. Dicari kultur dan identitasnya setengah mati," kata dia.
Tanpa karakteristik, Bima menambahkan, pembangunan yang dilakukan pun sering kali justru memberikan dampak buruk.
Misalnya, tata letak ruko yang kurang tepat sehingga merusak wajah kota, angkutan umum yang beroperasi serampangan sehingga menyebabkan macet, hingga menjamurnya pedagang kaki lima serta sampah.
https://properti.kompas.com/read/2018/12/04/190000721/bima-arya--sebagian-kota-di-indonesia-tak-berkarakter