Bangunan terminal ini dirancang oleh studio asal Hongkong, Integrated Design Associates, dan bekerja sama dengan firma lokal, Budji Royal dan desainer Kenneth Cobonpue.
Mereka merancang Terminal 2 untuk dapat menampung hingga 12,5 juta penumpang per tahun.
Sementara lengkungan besar pada bagian atap membentang sepanjang 30 meter, yang terbuat dari kayu laminasi.
"Kesan pertama bagi pengunjung dari seluruh penjuru dunia, Terminal 2 dipahami sebagai gerbang masuk baik secara harfiah maupun simbol ke Filipina," ujar tim proyek.
Hal ini kemudian menghasilkan keunikan tersendiri bagi interior terminal. Menurut arsitek pembangunan proyek ini, penggunaan material kayu ekspos pada atap merupakan salah satu tujuan untuk memberikan suasana hangat dan ramah.
Selain itu, kerangka atap yang bergelombang ini juga mengurangi penggunaan tiang, sekaligus memberikan ruang yang lebih lega dan luas.
Bahkan pimpinan proyek mengklaim, pembangunan ini membantu menampilkan keramahan khas masyarakat Filipina.
Selain material kayu, lantai teraso pada terminal dan dinding yang tertutup lumut pada kamar mandi juga merefleksikan keindahan alam yang tersebar di seluruh kepulauan di negara tersebut.
https://properti.kompas.com/read/2018/12/03/170000321/eksotis-atap-bandara-filipina-terbuat-dai-kayu-laminasi