JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengungkapkan, wilayah DKI Jakarta berpotensi tenggelam bila pemerintah tak melakukan langkah apapun untuk mengantisipasinya.
Menurut dia, saat ini tinggi permukaan tanah di wilayah Pluit, Jakarta Utara terus mengalami penurunan antara 10-13 sentimeter setiap tahunnya.
Bila terus dibiarkan hal ini akan membuat air sungai tidak bisa mengalir ke laut.
"Itu sejak 2015 (data penurunannya), jadi 2030-an itu tidak ada sungai di Jakarta itu yang bisa mengalir gravitasi ke laut," kata Basuki menjawab Kompas.com, Kamis (22/11/2018).
Penurunan muka tanah disebabkan antara lain masifnya pengambilan air tanah oleh masyarakat.
Namun, pemerintah saat ini belum bisa meminta masyarakat untuk menghentikan pengambilan air tanah, lantaran suplai yang ada masih belum mencukupi.
Sebagai gantinya, pemerintah kini tengah membangun National Capital Integrated Coastal Development (NCICD).
Proyek ini bertujuan membantu aliran sungai untuk mengalir ke laut, sehingga banjir dapat diminimalisasi.
"Itu bukan untuk bikin tanggul raksasa, tapi memulihkan lingkungan Jakarta," kata dia.
Sebelumnya, calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menyebut air di laut utara Jakarta akan mencapai Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, pada tahun 2025.
Hal itu disampaikan Prabowo berdasarkan prediksi United Nations (UN) atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Air laut di bagian utara Jakarta meninggi, UN memprediksi, diperkirakan air di Tanjung Priok pada 2025 akan sampai pada Hotel Kempinski, Hotel Grand Hyatt, Bundaran HI," ujar Prabowo saat menjadi pembicara dalam acara Indonesia Economic Forum 2018 di Hotel Shangrila, Jakarta Pusat.
Prabowo menjelaskan, warga di Tanjung Priok sudah tinggal di tengah genangan air. Air tersebut sudah masuk ke dalam rumah mereka.
Ketua Umum Partai Gerindra tersebut mengungkapkan, hal itu merupakan dampak perubahan iklim.
https://properti.kompas.com/read/2018/11/22/180000021/basuki-klaim-sudah-ambil-langkah-antisipasi-banjir-jakarta