Dana sebesar itu telah terserap untuk konstruksi infrastruktur, rumah contoh, club house, dan aktivitas marketing.
Summarecon Mutiara Makassar merupakan proyek teranyar pengembang dengan total aset per 22 November 2018 senilai Rp 22,9 triliun, berkonsep aeroport city.
Konsep ini diusung untuk menjawab kebutuhan (demand) hunian dari stake holders bisnis dan industri penerbangan yang terus tumbuh setiap tahunnya.
Summarecon Agung pun menjalin aliansi strategis dengan pengembang lokal, Mutiara Property Group, dengan skema joint venture (JV) melalui kepemilikan 51 persen berbanding 49 persen.
Direktur Utama PT Summarecon Agung Tbk Adrianto P Adhi menuturkan, Makassar merupakan pilihan perseroan karena kota ini sudah mewujud menjadi hub seluruh aktivitas untuk Kawasan Timur Indonesia (KTI).
"Termasuk untuk aktivitas bisnis. Selain itu, pertumbuhan ekonomi dan daya belinya juga tinggi. Ini yang menjadi pertimbangan kami membangun kota terpadu. Ke depan kota ini akan maju pesat," tutur Adrianto menjawab Kompas.com, Kamis (22/11/2018).
Beberapa indikator yang menjadi pertimbangan Summarecon menggarap pasar Makassar adalah pertama pertumbuhan ekonomi Nasional 7,99 persen pada kuartal II-2018 yang berada di atas Nasional.
Kemudian, indikator kedua jumlah penumpang yang melakukan perjalanan melalui Bandara Sultan Hasanuddin International Airport Makassar (SHIAM) hingga kuartal III-2018, sebanyak 10,1 juta orang atau 13,8 persen dari total trafik.
Selain itu, pengembangan Makassar New Port (MNP) yang saat ini progres fisiknya sudah mencapai 90 persen juga menjadi trigger bagi investasi properti kota berjuluk Anging Mamiri ini.
MNP dilengkapi dengan dermaga sepanjang 360 meter. Dengan panjang tersebut, MNP akan memiliki kapasitas penumpukan peti kemas hingga 1,5 juta TEUs per tahun.
"Faktor berikutnya adalah Kereta Trans Sulawesi. Peluang inilah yang memotivasi Summarecon harus keluar Jawa, dan memutuskan untuk JV pada 2014 lalu dengan luas lahan awal 150 hektar," tambah Direktur Summarecon Agung Sharif Benjamin yang akrab disapa Ben.
Karena mengusung konsep kota terpadu, kedua kelompok usaha ini kemudian sepakat untuk memperluas cakupan wilayah pengembangan menjadi 400 hektar.
Tahap pertama dipasarkan dua klaster Jade Residence dan Beryl Residence, masing-masing sebanyak 36 unit dan 45 unit dari total keseluruhan 400 unit.
Harga yang dibanderol mulai dari Rp 800 juta hingga Rp 2,5 miliar dengan skema customer booking code (CBC) Rp 5 juta bagi konsumen yang ingin membeli produk ini.
Sejak diperkenalkan kepada publik pada 15 November 2018, Ben mengklaim Summarecon Mutiara Makassar mendapat sambutan positif pasar.
"Terbukti yang membeli dari seluruh Indonesia, terutama wilayah timur seperti Papua, Palu, Merauke, Surabaya, Jakarta, bahkan Depok pun ada," sebut Ben.
Senyampang dua klaster tahap pertama ini, Summarecon juga menawarkan pusat perkulakan seluas 15 hektar, dengan kondisi sales aktual telah diokupasi antara lain oleh Krisna Holding Company.
Secara resmi, lanjut Ben, Summarecon Mutiara Makassar akan dirilis pada 30 November 2018 mendatang.
https://properti.kompas.com/read/2018/11/22/162917721/awali-pengembangan-proyek-makassar-summarecon-habiskan-rp-200-miliar